Quantcast
Channel: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Viewing all 1347 articles
Browse latest View live

Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikometrika

$
0
0

Program Doktor Ilmu Psikologi UGM selama lima hari (22-26/03) menyelenggarakan Kursus Intensif “Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikometrika”. Acara yang diikuti oleh 89 peserta ini dibuka oleh Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Psikologi. Melalui sambutannya, Rahmat menyampaikan bahwa kehadiran partisipan dari berbagai latar belakang pendidikan dan lembaga, diharapkan dapat memunculkan pertukaran pemikiran, inspirasi, wawasan, dan pengetahuan.

Hari pertama kursus ini diisi oleh Dr. Rachmawati, M.Ed. pada pukul 08.00 WIB. Rachmawati menyampaikan materi dengan tema “Implementasi Teknologi dalam Asesmen Nasional. Melalui tema tersebut, Rachmawati memaparkan bahwa dunia psikometri yang dianggap sangat rigid, khusus, dan spesifik, saat ini sudah mulai digunakan secara luar biasa, “Masanya sudah datang di Indonesia, data sudah tersedia, teknologi ada, kegunaannya pun jadi critical dan urgent. Jadi, Bapak dan Ibu yang saat ini sedang menempuh studi yang bergelut di bidang psikometri jadi punya kanal untuk melakukan penelitian dan berkarya”, ujar Rahcmawati.

Pada sesi kedua yang diisi oleh Agung Santoso, Ph.D yang dimulai pukul 13.00 WIB. Agung menyampaikan sebuah pemaparan materi dengan tajuk “Longitudinal Item Response Model”. Agung mengatakan bahwa, “Biasanya kalau orang bicara teori di ilmu-ilmu fisik, biasanya teori itu sudah dibuktikan, lalu sudah establish yang didukung oleh banyak riset. Sementara item response, itu lebih mirip ke model. Model untuk menggambarkan kompleksitas-realitas”.

Selanjutnya hari kedua, diawali oleh Whisnu Yudiana, S.Psi., M.Psi dengan topik “Test Equating: Bukan Hanya Jender, Tes juga Harus Setara” yang dimulai pada pukul 10.15 WIB. Pada sesi berikutnya, kursus intensif diisi oleh Sukaesi Marianti, M.Si., Ph.D. & Wahyu Widhiarso, S.Psi., M.A. Acara yang dimulai pada pukul 13.00 WIB mengusung topik “Person Fit: Kadang yang Salah bukan Butir, Orang bisa Juga Salah”.

Kemudian, hari ketiga kembali diisi oleh Wahyu Widhiarso, S.Psi., M.A dengan topik “Rasch Mixture Model: Rasch Model Kini Ada Campurannya”. “Disebut campuran karena analisisnya dicampur dengan rash laten”, jelas Wahyu. Tujuan analisis Rasch adalah untuk mengidentifikasi properti psikometris alat ukur di level butir, tes dan orang, serta untuk mengestimasi parameter butir dan kemampuan/trait individu. Selain Wahyu, acara pada hari ketiga juga diisi oleh Kartianom, S.Pd., M.Pd yang menyampaikan materi tentang “Cognitive Diagnostic Modelling: Apakah Siswa Sudah Mengenal Materi dengan Tepat?”. Menurut Kartianom, ketepatan siswa mengenal materi digunakan untuk memantau dan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang berkorelasi dengan peningkatan kualitas pembelajaran. “Bagaimana menempatkan peserta didik dalam konteks ranah yang diketahui dan tidak diketahuinya”, terang Kartianom.

Pada hari keempat, acara diisi dengan dua narasumber, yaitu Muhammad Dwi Rifqi Kharisma Putra, S.Psi., M.Sc dengan topik “Dulu Factor Analysis, Kini Mengenal Item Factor Analysis” dan Sukaesi Marianti, M.Si., Ph.D dengan topik “Response Time dalam Pengukuran: Waktu juga memberikan informasi yang berharga”.

Terakhir, pada hari kelima, acara diisi oleh Adiyo Roebianto, S.Psi., M.Si pada pukul 08.00 dengan topik “Test Scoring: Sedikit Melepaskan Diri dari Hegemoni Sum Score”. Sementara pada penutup acara, diisi oleh Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D dengan topik “Cultural and Linguistic Validation dalam Adaptasi Alat Tes”.

Kursus intensif “Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikometrika” merupakan paket kedua, setelah dua pekan sebelumnya Program Studi Doktor Ilmu Psikologi mengadakan kursus intensif “Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikologi Klinis”. Tujuan diselenggarakannya acara ini sebagai bentuk penerapan kurikulum tahun 2020 yang lebih berbasis pada pembelajaran riset. Oleh karena itu, paket-paket pembelajaran terstruktur dirancang lebih fleksibel dalam bentuk paket-paket kursus intensif.


Kuliah Online: “Toxic Positivity” dan Kesehatan Mental

$
0
0

Kuliah Online yang diadakan oleh Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi kembali digelar pada Jumat (26/3). Untuk pembahasan kuliah online kali ini dibersamai Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber yang membahas “Toxic Positivity” dan Kesehatan. Acara ini dibuka oleh narasumber yang mengajak partisipan untuk menulis pendapat tentang apa itu toxic positivity. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa toxic positivity berkaitan dengan berpikir positif yang kebablasan sehingga menjadi racun untuk diri kita. Kemudian partisipan yang lain menganggap toxic positivity adalah tindakan yang buruk, tetapi dengan penyampaian yang baik dan masih banyak lagi pendapat-pendapat partisipan terkait toxic positivity.

“Jadi bukan berarti positive thinking itu bukan yang kemudian mutlak, semuanya positif, yang negatif jadi positif”, jelas Nurul. Padahal disisi lain, seseorang juga tidak boleh memungkiri bahwa ada juga hal negatif yang terjadi, baik itu emosi atau pikiran. Bersikap atau berpikir tidak sama dengan menghilangkan atau menganggap emosi negatif adalah hal yang buruk. Justru ketika itu terjadi akan membawa seseorang berada pada kondisi yang menolak pengalaman atau emosi negatif.

Toxic positivity ini adalah ketika sikap positif itu kemudian digeneralisasikan ke semua situasi dan mengabaikan perasaan serta emosi negatif. Tidak dirasakan, didengarkan, bahkan tidak diakui keberadaannya”, terang Nurul. Di satu sisi, emosi negatif memang suatu hal yang tidak baik, tetapi bukan berarti seseorang tidak bisa mendapatkan hal baik dari pengalaman atau emosi negatif tersebut.

Hal lain yang juga disampaikan oleh acara ini adalah bagaimana mengenali toxic positivity. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tanda dari kondisi toxic positivity. Beberapa hal tersebut adalah menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, merasa bersalah atas emosi yang dirasakan, menyepelekan hal yang mengganggu dengan menganggapnya sebagai hal yang wajar, dan sebagainya. “Menghadapi suatu masalah yang negatif itu tidak mudah. Mungkin maju-mundur dan itu normal. Tetapi, intinya adalah upayakan untuk menghadapi itu, hadapi saja senegatif apa pun”, ungkap Nurul.

Selain membahas tentang toxic positivity, acara ini juga membahas tentang healthy positivity. Ada tiga hal yang berkaitan dengan healthy positivity, yaitu mindset untuk menerima seluruh bentuk emosi, dan belajar darinya untuk dapat berkembang. Healthy positivity ini juga membutuhkan upaya dan usaha yang keras serta dapat mengubah bagaimana seseorang melihat kondisi di sekitarnya.

Melalui acara ini, narasumber menyampaikan kepada partisipan bahwa kita adalah manajer dari emosi. Sebagai seorang manusia, kita memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi tersebut.

Aliffa Milanisty, Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM peraih Juara Harapan 2 Mahasiswa Berprestasi UGM

$
0
0

Minggu (28/3) tim jurnalis Humas Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berkesempatan melakukan wawancara dengan Aliffa Milanisty. Mahasiswa semerter 6 Fakultas Psikologi UGM ini berhasil meraih juara harapan 2 mahasiswa berprestasi Universitas Gadjah Mada pada bulan Maret 2021.

Aliffa, begitu dia biasa disapa, adalah mahasiswa yang sangat aktif. Selain tekun dan berprestasi di bidang akademik, dia juga mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan baik di tingkat fakultas ataupun universitas.

Ia sudah dua periode menjadi anggota LM (Lembaga Mahasiswa) Fakultas Psikologi UGM. Pada tahun kedua ini Aliffa menjabat sebagai staf ahli. Di dalam LM Psikologi Aliffa aktif mengikuti kegiatan dan program kerja di dalamnya.

“Dan untuk project sosialnya saya pernah ikut English Café Care gitu yang mengajar Bahasa Inggris di Desa Sumenep waktu itu” tutur Aliffa.

Di samping kegiatan akademik dan organisasi, Aliffa juga tercatat aktif sebagai atlet profesional pada cabang olahraga Karate. Olahraga bela diri ini sudah ia tekuni sejak usia 7 tahun ketika ia masih kelas satu sekolah dasar dan berlanjut hingga sekarang di bangku kuliah. Ia juga tercatat sebagai anggota aktif UKM Karate Universitas Gadjah Mada.

Beberapa medali dan penghargaan berhasil ia dapatkan dalam kejuaraan Karate yang pernah ia ikuti baik dari tingkat regional, nasional, hingga tingkat Asean. Beberapa even yang ia ikuti selama menjadi mahasiswa antara lain South East Asian University Karate Championship ia berhasi meraih beberapa medali karena berhasil menjadi juara satu, dua, dan tiga. Kemudian di Popnas Aliffa berhasil meraih medali perunggu. Selanjutnya di Akmil dia berhasil meraih medali emas dan perunggu.

“Sebenarnya masih banyak sih, saya lupa…” imbuh Aliffa sambil tertawa.

Di samping kesibukannya mengerjakan tugas dan aktivitas akademik kuliah, kini Aliffa tengah mempersiapkan dirinya untuk mengikuti PON (Pekan Olahraga Nasional) di Papua pada bulan Oktober 2021 mendatang mewakili Provinsi Jawa Tengah.

Ketika ditanya tentang aktivitas berlatih sebagai atlet Karate yang sangat intensif ini apakah mengganggu akademiknya, mahasiswi asli Wonogiri kelahiran tahun 2000 ini menjawab dengan ringan bahwa itu tidak menggangu perkuliahannya. Ia sudah terbiasa membagi waktu antara berlatih sebagai atlet dan belajar secara akademik.

“Mungkin karena saya sudah kebiasaan dari kecil, dari SD, SMP, SMA hingga kuliah udah kebiasaan jadi udah kayak nggak kerasa gitu. Mungkin lebih ke harus tahu prioritasnya mana dulu gitu, yang penting mana dulu. Memang kadang harus ada yang dikorbankan. Tapi kalau kita managenya baik ya bisa berjalan dua-duanya gitu” Jelas Aliffa.

Terkait keberhasilannya menjadi juara harapan dua Mapres (Mahasiswa Berprestasi) tahun ini, Aliffa telah melewati beberapa tahap mulai dari seleksi di tingkat fakultas hingga tingkat universitas. Sejak bulan November hingga Desember 2020 ia mengikuti seleksi di tingkat fakultas. Ia menyiapkan beberapa berkas untuk portofolio prestasi dan juga menyusun ide kreatif untuk dipresentasikan. Ia berhasil menjadi satu dari dua mahasiswa yang lolos ke babak selanjutnya di tingkat universitas. Di antara 33 mahasiswa yang mewakili masing-masing fakultas, Aliffa berhasil masuk lima besar.

Ketika ditanya apakah ia bercita-cita menjadi atlet profesional atau melanjutkan karir di bidang akademik untuk masa depannya nanti, penggemar musisi Anne-Marie ini tidak memastikan hanya satu tujuan saja. Ia sangat terbuka dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.

“Kalau jadi atlet mungkin dijalani saja ya. Tapi kalau cita-cita mungkin pingin jadi dosen” tutur Aliffa.

Menjadi mahasiswa dengan kesibukan yang padat sambil tetap meraih prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik tentunya butuh perpaduan antara usaha yang keras dan cara kreatif dalam menjalaninya agar tetap sinergis. Aliffa juga berpesan kepada teman-teman mahasiswa lainnya untuk selalu terbuka dengan pengalaman baru di masa kuliah.

“Pesannya lebih ke jangan takut untuk nyoba (hal-hal baru) gitu. Terus, gimana ya, selama itu kegiatan yang positif ya dilakuin” ujar Aliffa.

Selanjutnya Aliffa juga berpesan untuk selalu memanfaatkan kesempatan yang ada selama masa kuliah. Ketika kesempatan itu datang maka harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena mungkin kesempatan tidak datang dua kali. Dengan memanfaatkan kesempatan dan berdinamika di dalamnya akan sangat membuka kemungkinan mahasiswa untuk menemukan bakatnya yang selama ini terpendam.

Pemulihan Psikologis Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Konteks Keadilan Restoratif di Sekolah

$
0
0

Kamis (1/4) Promovendus Club Program Doktoral Ilmu Psikologi mengadakan acara bertajuk “Pemulihan Psikologis Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Konteks Keadilan Restoratif di Sekolah”. Acara ini merupakan bagian dari kolokium yang dilaksanakan secara rutin dua mingguan oleh Promovendus Club secara daring.

Acara berlangsung pukul 09.00 hingga 10.45 WIB. Peserta yang hadir dalam acara ini mencapai 80 orang.

Pemateri acara kolokium dua mingguan pada kesempatan ini adalah Dr. Putri Marlenny Puspitawati, M.Psi., Psikolog. Pada kesempatan ini ia membawakan tema penelitiannya tentang bagaimana idealnya penanganan anak-anak pasca berurusan dengan hukum sehingga kebutuhan psikologis anak tidak terkesampingkan dan dapat kembali diterima dalam lingkungan sosial secara sehat positif.

Ketika seorang anak melakukan pelanggaran hukum akan membawa dampak-dampak psikis meskipun anak tersebut sudah selesai menjalani proses hukum. Hal itu membuat anak sulit untuk pulih secara psikologis dan sosial.

“Bahkan ada yang sampai pada school refusal, penolakan terhadap sekolah dan konsep diri mereka semakin negatif” imbuh Putri.

Putri memaparkan fakta di lapangan bahwa kasus anak yang berhadapan dengan hukum di Indonesia semakin memprihatinkan. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasa Putra menyatakan bahwa dalam waktu lima tahun terakhir terdapat lebih dari 8.200 kasus anak berhadapan dengan hukum. Hal ini tentunya membutuhkan penanganan yang tepat agar hak anak tetap terlindungi.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2012, tentang sistem peradilan pidana anak, anak yang berhadapan dengan hukum berhak diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya, berbeda dari orang dewasa yaitu tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara kecuali sebagai upaya upaya terakhir dan dalam waktu singkat dan memperoleh pendampingan orang tua/wali.

“Pertimbangan logisnya apa ketika proses hukum formal itu diterapkan? Karakteristik dan motivasi anak melakukan kejahatan itu sudah berbeda dengan orang dewasa. Di mana karakteristik anak yang melakukan tindak kejahatan dari segi fungsi kognitifnya, kondisi mentalnya, karakteristik kepribadiannya itu juga berbeda sendiri” jelas Putri.

Pertimbangan logis lainnya, menurut Putri, adalah dampak negatif dari proses hukum yang panjang, masa depan anak, kebutuhan anak dalam masa tumbuh kembang, dan pemenuhan hak-hak anak. Hal ini juga berpengaruh bagi bergesernya paradigma proses penegakan hukum dari keadilan retributif, menjadi keadilan restitusi, dan yang terakhir keadilan restoratif yang berlaku hingga sekarang.

Perkembangan paradigma hukum restoratif itu, menurut Putri, juga diimplementasikan pada perundang-undangan di Indonesia. Keadilan restoratif juga dijelaskan dalam UU RI No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 ayat (6) yang di dalamnya menekankan pada pemulihan kembali pada keadaan semula, bukan pembalasan.

Namun begitu pelaksanaan keadilan restoratif di Indonesia belum berjalan dengan maksimal. Hal itu terlihat dari ketimpangan proses pemulihan antara korban dan pelaku.

“Pemulihan dalam konteks administratif masih berfokus (hanya) pada korban, tidak ada yang terkait dengan pelaku. Dan kita sendiri di lapangan, konsep pemulihan dalam peraturan di Indonesia masih tergantung PP nomor 40 (tahun 2011) dan sebagainya. Jadi belum ada yang kaitannya konteks apa (saja) yang harus dipulihkan” ujar Putri.

Pada sesi terakhir Putri menjelaskan bahwa masih belum ada penelitian dengan konteks keadilan restoratif di Indonesia dalam penanganan tindak kekerasan di sekolah masih belum ditemukan. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena kekerasan di sekolah juga merupakan permasalahan yang pelik di negeri ini.

Pada sesi pertanyaan peserta cukup interaktif bertanya tentang penelitian tentang paradigma hukum restoratif dari segi psikologis pada pemateri. Selain menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta, Putri juga mengajak peserta untuk turut aktif dalam penelitian-penelitian terkait paradigma hukum restoratif dan implementasinya pada anak yang berkonflik dengan proses hukum.

Program Magang Daring ECCD-RC Labschool

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM bersama ECCD-RC Labschool membuka kesempatan program magang daring di divisi media campaign bagi mahasiswa aktif S1 dan S2 MAPSI maupun MAPRO Fakultas Psikologi UGM.
Daftarkan diri Anda dengan mengirimkan berkas berikut:
1. Cover letter
2. Curriculum vitae
3. Esai tentang makna belajar sambil kuliah (1 halaman)
Kirimkan berkas ke email: career-center.psikologi@ugm.ac.id

Deadline pengumpulan berkas 8 April 2021

Program Magang Daring Touché Development Center

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM bersama Touché Development Center membuka kesempatan program magang daring di divisi Tiktok Team, Project Team, dan Admin bagi mahasiswa aktif S1 dan S2 MAPSI maupun MAPRO Fakultas Psikologi UGM.

Daftarkan diri Anda dengan mengirimkan berkas berikut:
1. Cover letter
2. Curriculum vitae
3. Esai tentang makna belajar sambil kuliah (1 halaman)

Kirimkan berkas ke email: career-center.psikologi@ugm.ac.id

Deadline pengumpulan berkas 13 April 2021

Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikologi Industri & Organisasi

$
0
0

Program Doktor Ilmu Psikologi UGM bersama Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Organizational Change and Development selama 3 hari (7-9/4) hari menyelenggarakan Kursus Intensif mengenai “Perkembangan  Mutakhir dalam Penelitian Psikologi Industri & Organisasi”. Acara ini dibuka oleh Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung berlangsungnya acara ini, sekaligus secara resmi membuka acara.

Hari pertama acara ini dimulai pada pukul 13.00 WIB dan dengan mengangkat topik “Isu Terkini tentang Kinerja & Karir bagi Milenial” yang diisi oleh Dr. Noor Siti Rahmani, M.Sc., Psikolog dan Dr. Sumaryono, M.Si., Psikolog. Melalui topik tersebut, Rahmani menjelaskan manajemen kinerja salah satunya dengan teori behavioristik yang terdiri dari stimulus dan respons yang pada outputnya akan menguatkan atau melemahkan sesuai dengan kualitas kinerja yang dihasilkan pekerja. Oleh karena itu, penilaian prestasi kerja dan perilaku kerja tiap-tiap pegawai adalah hal penting supaya perusahaan dapat menguatkan atau melemahkan prestasi atau perilaku kerja secara tepat.

Sayangnya, hal tersebut tidaklah mudah karena masih banyak perusahaan yang belum mampu maksimal dalam menilai kinerja setiap pegawainya. “Penilaian prestasi kerja dan perilaku kerja ini sangat krusial sekali karena di dunia kerja akan dijumpai prestasi kerja dan perilaku kerja yang tidak mengukur kinerja. Hal itu banyak sekali kita jumpai sehingga kalau dikaitkan dengan reward (maka) rewardnya juga meleset”, jelas Rahmani

Selanjutnya, Sumaryono juga menjelaskan tentang definisi karier bagi para milenial yang sudah tidak lagi sama dengan definisi karier di era-era sebelumnya. Pada era sebelumnya, karier sebagai properti organisasi dan dipahami sebagai perkembangan posisi. Akan tetapi, saat ini para milenial menganggap karier sebagai properti individu dimana karier dianggap sama dengan pengembangan potensi. “Nah, ketika kita bicara karier sebagai properti individu, maka menjadi persoalan baru karena mereka tidak hanya fokus pada tuntutan organisasi, tetapi juga fokus pada tuntutan pengembangan potensi (diri) mereka”, terang Sumaryono.

Kemudian, sesi kedua pada hari pertama dilanjutkan pada pukul 15.30 WIB dengan topik “Isu Terkini tentang Kepemimpinan & Pengikut dalam Organisasi yang diisi oleh Drs. I. J. K. Sito Meiyanto, Ph.D., Psikolog & Ridwan Saptoto, M.A., Psikolog. Pada awal pemaparannya, Sito merunut sejarah awal dari kepemimpinan terbentuk. Sementara Ridwan memfokuskan penjelasan tentang ke arah mana model kepemimpinan akan menuju.

Pada hari kedua, kursus intensif kembali dilanjutkan dengan Dra. Sri Hartati, M.Si., Psikolog & Taufik Achmad Dwipurto, M.Si., Psikolog sebagai pembicara pada sesi pertama. Sri dan Taufik menyampaikan materi berkaitan dengan topik “Isu Terkini tentang Pelatihan dan Pengembangan”. Melalui topik tersebut, para pembicara menyampaikan bahwa latar belakang dari acara ini adalah mengubah atau mengembangkan training dan development sumber daya manusia agar selaras dengan tujuan strategis dari masing-masing perusahaan.

Acara terus berlanjut dengan Rizqi Nur’aini A’yuninnisa, M.Sc dan Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D., Psikolog sebagai pembicara pada sesi kedua. Rizqi dan Galang membahas materi yang berkaitan dengan topik “Isu Terkini tentang Flourishing & Agility at Work”. Rizqi menjelaskan bahwa flourishing hadir karena adanya mental health yang dapat diatasi dengan subjective psychologist well-being, emotional well-being, dan social well-being. “Well being adalah kebahagiaan yang subjektif. Tidak hanya sekedar bagaimana merasa senang, tetapi secara fisiologis ada hormon yang dihasilkan dalam tubuh, itu pendekatan secara hedonic. Tetapi, kalo dilihat dari pendekatan eudaimonic hal lebih mendalam, beyond pleasure, kebahagiaan itu ketika menjadi seorang individu seutuhnya”.

Setelah itu, penjelasan dilanjutkan oleh Galang tentang agility yang berkaitan dengan stres dan perubahan. Agility merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi stres. “Tidak semua orang punya kemampuan yang sama dalam menghadapi stres. Agility disini sebagai kesediaan dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan mengaplikasikan ke sesuatu yang baru”, terang Galang.

Acara kursus intensif kali ini ditutup dengan mengangkat 3 topik yang tidak kalah menarik. Pertama, topik yang diangkat adalah “Behing the Scene: Finding Motivation at Work & Creating Meaning Through Leader Perspective dengan pembicara Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog & Indrayanti, M.Si., Ph.D., Psikolog. Kemudian, topik selanjutnya berkaitan tentang “Individual Differences in Rationality: Pengukuran dan Potensi Manfaatnya” yang dipaparkan oleh Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D. Sementara untuk sesi terakhir pada hari ketiga membahas topik “Isu Terkini tentang Indigenosasi Riset I/O dan Analisis Data dalam Riset I/O” yang disampaikan oleh Prof. Faturochman, M.A., Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si., dan Wahyu Jati Anggoro, S.Psi., M.A.

Memahami dan Mendiagnosis Anak dengan Disleksia

$
0
0

Promovendus Club Program Doktoral Ilmu Psikologi menyelenggarakan acara dengan topik “Memahami dan Mendiagnosis Anak dengan Disleksia” pada Jum’at (16/4). Acara yang berlangsung pada pukul 09.00 WIB ini merupakan bagian dari kolokium yang dilaksanakan rutin tiap 2 pekan sekali oleh Promovendus Club secara daring.

Hadir pada acara ini Dr. Trubus Raharjo, S.Psi., M.Si., Psikolog sebagai pemateri yang merupakan seorang Dosen di Universitas Muria Kudus sekaligus alumni dari Program Studi Doktor Ilmu Psikologi UGM. Ada beberapa hal yang disampaikan oleh Trubus melalui acara ini, meliputi bagaimana mengenali gejala kesulitan belajar disleksia, bagaimana tata laksana diagnosis anak dengan disleksia, serta bagaimana menangani anak dengan disleksia. “Selama ini informasi tentang disleksia khususnya untuk guru, pendidik, juga psikolog masih sangat minim sekali. Ada beberapa komunitas dan sebagainya, tetapi lebih banyak memang dipegang oleh dokter-dokter anak, biasanya begitu”, ungkap Trubus.

Disleksia menurut The International Dyslexia Association merupakan kesulitan belajar spesifik yang berasal dari faktor neurologis. “Bahwa disleksia itu adalah kesulitan belajar spesifik karena nanti akan membedakan dengan kesulitan belajar yang lain sifatnya umum, seperti autis, retardasi, intelektual disorder, intelektual disability”, jelas Trubus. Anak dengan gangguan disleksia memiliki masalah yang secara umum terlihat mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. “Meskipun nanti ada perilaku-perilaku lain yang mencirikan sebagai anak dengan disleksia atau bahkan orang dewasa dengan disleksia”. Menurut Trubus, deteksi dini disleksia sudah dapat dilakukan pada masa pra-sekolah, meskipun biasanya mulai terlihat pada tahun pertama anak sekolah.

Disleksia dikatakan sebagai gangguan spesifik karena acuan diagnosis gangguan disleksia ini adalah DSM-5 dan termasuk sebagai gangguan perkembangan syaraf otak (neurodevelopmental disorder) pada kategori gangguan belajar spesifik. Selanjutnya, ada tiga hal utama yang menjadikan disleksia sebagai gangguan belajar spesifik, yaitu faktor biologis yang konteksnya bisa genetik, kecelakaan, atau benturan. Kemudian, ada faktor kelainan pada tingkat kognitif yang berhubungan dengan kemampuan memahami, penalaran, dan juga logika. Selain itu, disleksia juga berkaitan dengan tanda-tanda perilaku, seperti ketidakmampuan dalam menulis, membaca, maupun mengeja.

Gangguan bersifat perilaku yang terlihat pada anak dengan disleksia antara lain, suka bicara sendiri, anak se-enaknya sendiri, komorbid ADHD atau speech delay, dan lain sebagainya, termasuk sering mengucapkan kata atau kalimat yang terbalik. “Nah ini yang kadang-kadang menimbulkan emosi pada anak karena menganggap orang dewasa di sekitarnya, Ayah, Ibu, saudaranya tidak paham dengan apa yang ditanyakan”, jelas Trubus.

Topik yang diangkat pada acara kali ini cukup diminati oleh masyarakat, terbukti dari pendaftar yang masuk melebihi kapasitas yang telah disediakan. Hal tersebut membuat panitia sampai harus menyediakan link YouTube agar peserta tetap dapat bergabung meskipun tidak mendapatkan link zoom. Penjelasan lengkap terkait disleksia dapat disimak pada kanal YouTube Program Doktor Ilmu Psikologi UGM.


Emosi Moral Remaja

$
0
0

Jumat (12/4) Promovendus Club Program Studi Doktor Ilmu Psikologi mengadakan acara dengan tema “Emosi Moral Remaja”. Acara ini merupakan bagian dari acara Kolokium Dua Mingguan (KDM) yang diselenggarakan dua minggu sekali dengan mendatangkan pemateri dengan keahlian dan pemfokusan ilmu yang beraneka ragam.

Acara ini dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 10.30 WIB. Peserta yang dating pada acara ini mencapai 116 orang yang datang dari berbagai daerah.

Pemateri dalam acara KDM kali ini adalah Dr. M.M. Shinta Pratiwi, M.A., Psikolog yang membawakan materi mengenai dinamika emosi moral pada remaja. Dengan menggunakan penelitian-penelitian terkini tentang moral, dosen psikologi Universitas Semarang ini menjelaskan tentang teori perkembangan moral remaja dalam psikologi tidak hanya berhenti pada Kohlberg atau Piaget.

Dalam pemaparannya Shinta memaparkan poin-poin penting yang berkaitan dengan emosi moral seperti hubungan antara emosi dan moralitas, definisi emosi moral, perbedaan emosi moral dan emosi non moral, bentuk-bentuk emosi moral, dan faktor-faktor yang dapat memprediksi emosi moral.

Lanskap perkembangan moral dalam perspektif psikologi cakupannya sangat luas. Namun yang selama ini sering digunakan untuk memahami dan mengidentifikas lanskap tersebut hanya terbatas pada teorinya Piaget dan Kohlberg.

“Pada saat saya jadi dosen awal-awal itu pada saat saya memahami perkembangan moral, itu kok hanya perkembangan moralnya Kohlberg saja? Tapi ternyata saya kurang belajar. Jadi saat itu saya membaca lagi dari artikel jurnal dari buku-buku, dan saya mengambil dari buku Santrock yang terbaru tahun 2018, (ternyata) domain perkembangan moral itu luas” ungkap Shinta.

Lebih lanjut Shinta menjelaskan domain-domain dalam perkembangan moral antara lain kognitif moral, afektif moral, perilaku moral, dan domain yang terbaru yaitu kepribadian moral yang di dalamnya ada identitas moral, karakter moral, dan teladan moral. Domain-domain ini sama pentingnya dalam perkembangan moral manusia. Semuanya mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya.

“Saat kita menghadapi suatu peristiwa moral atau suatu dilemma moral maka domain-domain ini akan bekerja. Jadi sama pentingnya” imbuh Shinta.

Berangkat dari argument itu, Shinta menekankan bahwa ada suatu permasalahan dalam pembahasan tentang perkembangan moral. Selama ini kajian-kajian tentang perkembangan moral hanya terfokus pada kognitif moral saja. Beberapa domain moral lebih sedikit dibahas, dan yang paling jarang dibahas adalah afeksi moral dan kepribadian moral.

“Jadi bapak ibu bisa mencari dengan kata kunci emosi moral dari penelitian di luar (negeri) itu sudah banyak. Tetapi untuk mencari model emosi moral itu masih sulit sekali” ujar Shinta.

Realitas itulah yang membuat Shinta tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang emosi moral. Hal itu sangatlah penting untuk melengkapi kajian-kajian tentang emosi moral yang sudah mulai bermunculan di Indonesia.

Dalam menentukan sikap moral dalam kehidupan sehari-hari tidak cukup hanya menggunakan kognitif saja. Shinta menekankan bahwa emosi juga sangat mempunyai peran dan fungsi dalam memilih perilaku moral yang tepat.

“Emosi dapat memotivasi perilaku moral dan mengantisipasi perilaku amoral” tegas Shinta.

Pada sesi akhir pemaparan materinya, Shinta menjelaskan tentan hasil penelitiannya tentang emosi moral remaja. Ia menerangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi prediktor emosi moral remaja dan juga menjelaskan bagan mekanisme terbentuknya emosi moral remaja yang sangat dipengaruhi oleh sosialisasi emosi orang tua dan kualitas pertemanan.

Setelah sesi penjelasan pemateri juga menyediakan sesi tanya jawab. Hal itu tidak disia-siakan oleh peserta yang ingin tahu lebih dalam perihal emosi moral khususnya pada remaja.

Acara berlangsung sangat lancar. Panitia penyelenggara cukup senang dan berharap akan bisa menghadirkan acara KDM secara rutin dengan tema-tema yang lebih beragam dan menarik di waktu depan.

Webinar: Tips Makan Sehat Pasca Vaksin

$
0
0

Jumat (9/4) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada mengadakan acara Webinar yang bertajuk “Tips Makan Sehat Pasca Vaksin”. Acara ini merupakan salah satu upaya sosialisasi tentang vaksin dan bagaimana seharusnya mengatur pola hidup pasca vaksin Covid-19.

Acara ini berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Acara ini diikuti oleh 80 orang yang terdiri dari dosen, karyawan, dan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pemateri acara ini adalah dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A.K., Ph.D. Dipandu oleh pembawa acara Florentina Rusmawati, S.E., Mei memaparkan kondisi terkini tentang pandemi Covid 19 hingga perkembangan vaksin yang resmi digunakan oleh Pemerintah Indonesia.

Mei banyak memberikan tips-tips bagaimana seharusnya kita setelah menerima vaksin agar manfaat vaksin menjadi lebih maksimal. Dalam acara ini Mei juga mengajak semua peserta untuk menjadi agen yang secara aktif mempromosikan tentang pentingnya mengikuti vaksinasi untuk mencegah semakin meluasnya pandemi Covid-19 pada masyarakat.

Hal ini sangatlah penting karena walaupun proses vaksinasi di Indonesia sudah mulai berjalan, tren pandemi masih tetap naik. Masyarakat yang belum sepenuhnya bisa dan mau menaati protokol Kesehatan juga memberi andil menanjaknya angka persebaran pandemi Covid-19. Liburan panjang akhir Desember 2020 disinyalir menjadi titik balik naiknya lagi angka persebaran Covid-19.

“Kepatuhan (terhadap protokol kesehatan) itu menjadi hal yang sangat-sangat sulit ya kadang-kadang kalau kita tidak punya pengalaman sendiri (maka) nggak percaya” ujar Mei.

Mei selanjutnya menerangkan apa itu vaksin dan perbedaannya dengan imunisasi. Untuk kondisi sekarang yang paling efektif dilakukan adalah vaksinasi. Oleh sebab itu semua warga negara Indonesia yang memenuhi syarat wajib mengikuti vaksinasi. Selain itu efek dari vaksin lebih bertahan lama dibandingkan imunisasi.

“Sebetulnya vaksin bukan barang baru. Ini sudah ratusan tahun kita lihat ya, dan vaksin merupakan intervensi pencegahan yang paling efektif dibandingkan pencegahan yang lain” terang Mei.

Dalam kasus pandemi Covid-19 ini pemerintah Indonesia dan WHO sudah memperhitungkan bahwa jika minimal 70% orang Indonesia divaksin maka akan timbul herd imunity. Terjadi kekebalan kelompok sebagai perlindungan tidak langsung dari penyakit menular karena sebagian besar populasi yang sudah kebal terhadap infeksi virus menjadi pelindung bagi individu yang belum kebal virus atau belum divaksin.

“Nah ini makanya vaksinasi itu bukan hanya hak, tetapi kewajiban, karena dia harus melindungi (manusia di) kanan kirinya sehingga tidak sebagai sumber penularan” terang Mei.

Selanjutnya Mei juga menjelaskan tentang berbagai jenis vaksin yang digunakan di Indonesia. Salah satunya adalah jenis viral vector vaccine, yaitu di mana virus menjadi vektor atau pembawanya. Dalam viral vector vaccine, corona virus ini dimasukkan di dalam suatu virus yang sudah jinak dan dikenali oleh tubuh sehingga tubuh bisa membentuk kekebalan.

“Tetapi saat ini di Indonesia yang ada yang ini yang punyanya Sinovac yang juga Kerjasama dengan Bio Farma dan Astra Zeneca. Nah Astra Zeneca ini yang masuk di sini saat ini adalah bantuan WHO”.

Pada penjelasan selanjutnya Mei menekankan kepada penerima vaksin agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Menghindari kerumunan, menjaga kebersihan, dan mengurangi mobilitas. Selanjutnya Mei juga memberikan tips-tips praktis bagaimana mengoptimalkan reaksi vaksin. Beberapa diantaranya adalah menjaga kebugaran tubuh, aktivitas fisik, dan tidur yang cukup.

Acara berlangsung sangat interaktif. Peserta acara memanfaatkan sesi tanya jawab untuk memahami lebih dalam tentang vaksin dan bagaimana pola hidup sehat yang harus dilakukan setelahnya.

Pada akhir acara panitia juga mengumumkan hasil penilaian lomba poster mahasiswa psikologi. Juara pertama diraih oleh kelompok 15 dengan judul poster “Strategi Sehat, Bugar, dan Produktif Selama di Masa Pandemi”. Panitia juga memberikan hadiah saldo GoPay kepada penanya terbaik dan beberapa peserta yang beruntung.

International Guest Lecture Series: Categorization and Stereotypes

$
0
0

Jumat (16/4) Fakultas Psikologi UGM kembali menyelenggarakan acara International Guest Lecture Series. Pada acara ini OCIA bekerjasama dengan kelas psikologi sosial Fakultas Psikologi UGM mengambil sebuah tema “Categorization & Stereotypes”.

Acara berlangsung mulai pukul 15.30 WIB hingga pukul 17.30 WIB. Acara ini dihadiri 260 mahasiswa kelas Psikologi Sosial (S1 Reguler) dan Social Psychology (S1 IUP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Acara juga dihadiri oleh umum dengan jumlah yang terbatas.

Pemateri dalam acara ini adalah Prof. Rasyid Bo Sanitioso, Guru Besar di Universite de Paris, Perancis, dengan fokus expertise dan penelitian pada motivasi dan kognisi dalam kelompok, motivasi dan konsep diri, penalaran induktif, stereotip dan persepsi kelompok.

Dalam acara ini Sanitioso mengulas tentang konsep-konsep yang digunakan dalam memahami stereotipe dan kategorisasi kelompok. Sebuah pembahasan yang aktual jika dikaitkan dengan demografi di Indonesia dan beberapa negara di dunia yang mempunyai beraneka ragam suku dan budaya.

“Dalam relasi antar kelompok kita akan bicara tentang tiga konsep yaitu adalah stereotype, prejudice, dan discrimination. Dengan (konsep itu) kita bicara tentang rasisme, kita bicara tentang seksisme, kita bicara tentang relasi antar kelompok” terang Sanitioso.

Selanjutnya Sanitioso merangkum tiga konsep dasar itu dengan istilah yang mudah diingat yaitu ABC. ABC adalah akronim dari Affect, Behavior dan Cognition. Dengan ABC ini Sanitioso menganalisis bagaimana prasangka timbul ketika ada seseorang dari kelompok berbeda masuk dalam satu kelompok lainnya.

Dalam kehidupan kita stereotipe dan prasangka seringkali mempengaruhi kehidupan kita dan mempengaruhi bagaimana kita dalam bersikap. Dalam kadar yang berlebihan hal itu akan menyebabkan ketidakobyektifan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Menurut Sanitioso stereotip bisa didefinisikan dengan keyakinan, generalisasi, keyakinan tentang perilaku-perilaku khas, karakteristik seseorang dalam anggota kelompok. Stereotipe ada di dalam masyarakat dan disebarkan kepada semua masyarakat di sekitarnya.

Untuk dapat memahami bahwa stereotipe dan kategorisasi adalah bagian yang wajar dalam keseharian kita, Sanitioso juga secara interaktif mengajak peserta dan panitia acara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat yang didasarkan pada gambar manusia dengan identitas tertentu dan setiap jawaban mempunyai sebuah kecenderungan yang mengindikasikan adanya stereotipe dan kategorosasi dalam setiap keputusan dan pilihan sikap yang kita ambil.

 

“Ini berarti kita harus berpikir bahwa setiap orang dalam anggota kelompok adalah sama, semua orang kulit hitam, semua orang Asian, adalah sama dan seterusnya. Kita melihat homogenitas yang mengatasi generalisasi yang mempercayai perbedaan kelompok” Terang Sanitioso.

Acara berlangsung cukup lancar. Beberapa peserta bertanya kepada pemateri untuk memperdalam pemahamannya tentang bagaimana harus menyikapi adanya stereotipe yang selalu hadir dalam kehidupan agar tidak berdampak buruk, namun sebaliknya agar terjadinya kategorisasi itu bisa berdampak positif.

Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Periode III Tahun Akademik 2020/2021

$
0
0

Kamis (22/4) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Studi Pascasarjana Psikologi Periode III Tahun Akademik 2020/2021 yang terdiri dari Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Magister Psikologi Sains, dan Magister Psikologi Profesi. Pada periode ini Program Studi Pascasarjana Fakultas Psikologi UGM memiliki 68 lulusan yang terdiri dari 7 orang lulusan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, 21 orang Program Studi Magister Psikologi Sains, dan 40 orang Program studi Magister Psikologi Profesi.

Pada Program Studi Magister Psikologi Sains, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Nurdiyanto dengan IPK 3,86 sekaligus meraih predikat dengan cumlaude. Nurdiyanto juga tercatat sebagai wisudawan Program Studi Magister Psikologi Sains dengan masa studi tercepat yaitu 1 tahun 5 bulan 8 hari. Selain Nurdiyanto, ada empat mahasiswa lainnya yang juga lulus dengan meraih predikat cumlaude.

Untuk Program Studi Magister Psikologi Profesi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Rani Ayu Larasati dengan IPK 3,97 sekaligus meraih predikat cumlaude. Selain Rani, ada Sembilan mahasiswa Program Studi Magister Psikologi yang lulus dengan meraih predikat cumlaude.

Dalam acara ini juga dilaksanakan pengambilan Sumpah Profesi Psikologi yang dipimpin oleh beberapa rohaniwan Dr. H. Ahmad Zubaidi, M.Si. bagi yang beragama Islam, Dr. Romo Agus Rukyanto bagi yang beragama Katolik dan Pendeta Kristi S.Si, M.A bagi yang beragama Kristen. Pembacaan sumpah dipandu oleh Sekjen Pimpinan Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog.

Pada Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Indeks Prestasi Kumulatif Tertinggi diraih oleh Muhammad Wahyu Kuncoro dengan IPK 3,71. Pada acara ini Wahyu juga berkesempatan mewakili wisudawan/wisudawati untuk memberikan kata sambutan. Wahyu berterima kasih kepada semua pihak di Fakultas Psikologi UGM termasuk pimpinan fakultas, pimpinan program studi, promotor, dosen, dan tenaga pendidik yang telah memberi kesempatan untuk dapat belajar di Fakultas Psikologi UGM hingga berhasil mendapatkan gelar doktor.

Dalam acara ini kata sambutan juga disampaikan oleh Sekjen Pimpinan Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog. Alumnus Doktor Psikologi Sosial Universitas Gadjah Mada yang kini juga mengajar di Universitas 17 Agustus Surabaya itu berpesan agar wisudawan/wisudawati agar tidak berhenti di sini saja, tetapi terus belajar dan meningkatkan skill, kemampuan, dan pengalaman namun tetap berpegang teguh pada kode etik psikologi. Andik juga berharap sifat egaliter yang dimiliki lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tetap dipertahan untuk menghindari eksklusivitas agar memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada bangsa, negara, dan komunitas psikologi.

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A., dalam kata sambutannya juga menyampaikan pesan bahwa di masa pandemi ini praktisi psikologi sangat dibutuhkan, sehingga wisudawan/wisudawati tidak perlu khawatir terhadap lapangan pekerjaan. Wisudawan/wisudawati diharapkan bisa mengisi peluang-peluang yang ada dan memberikan kontribusi dan mengukir masa depan di masa yang sulit ini.

Psikolog UGM: Orangtua Wajib Tahu 8 Karakteristik Generasi Digital

$
0
0

KOMPAS.com – Pola asuh orangtua zaman dulu dan sekarang tentu perlu mengalami perubahan. Namun faktanya, orangtua seringkali merasa kesulitan terlebih dalam melakukan pengasuhan digital terhadap anak. Salah satunya karena perbedaan generasi dan adaptasi media digital. Pada umumnya, orangtua termasuk dalam generasi imigran digital yaitu tumbuh sebelum lahirnya media digital. Sedangkan anak merupakan generasi digital atau bahkan native digital yaitu generasi yang lahir ketika media digital sudah ada. Hal ini dibahas dalam kuliah online Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (26/4/2021).

Karakteristik generasi digital

Ada beberapa contoh karakteristik dari generasi digital, yaitu:

  1. Aktif dalam mengemukakan identitas diri
  2. Memiliki wawasan yang luas
  3. Menyukai kebebasan
  4. Ingin memiliki kontrol
  5. Bergantung terhadap teknologi
  6. Menikmati lingkungan online
  7. Memiliki kemampuan adaptasi teknologi yang baru
  8. Kemampuan multitasking

“Dengan mengetahui karakteristik masing-masing generasi digital khususnya digital native harapannya tenaga pendidik dan orangtua dapat memahami. Sehingga dapat menentukan cara yang sesuai untuk mengarahkan anak,” terang Psikolog CPMH Fakultas Psikologi, Wirdatul Anisa seperti dikutip dari laman UGM, Selasa (27/4/2021).

Psikolog CPMH lainnya, Nurul Kusuma mengungkapkan, pengasuhan digital adalah bagaimana orangtua mendampingi anak. Sehingga bisa memaksimalkan manfaat dari lingkungan digital dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. “Artinya, bukan selalu ada secara fisik disamping anak ketika anak sedang berinteraksi dengan media digital. Namun secara keseluruhan dari mulai edukasi awal mengenai media digital hingga evaluasi penggunaan media digital,” terang Nurul.

Tahapan pengasuhan media digital

Nurul mengungkapkan, ada beberapa tahapan dalam pengasuhan media digital, yaitu:

  • Media instruktif yaitu dengan memberikan pemahaman kepada anak terkait media digital.
  • Mediasi menonton bersama yaitu hadirnya orangtua ketika anak beraktivitas dengan media digital.
  • Media terbatas yaitu penerapan aturan bagi anak mengenai media digital.
  • Media teknis yaitu penggunaan alat bantu kontrol dan monitor aktivitas digital bagi anak.

Praktik pengasuhan digital

Kedua Psikolog UGM ini menerangkan, ada praktik pengasuhan digital yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Meningkatkan literasi digital
  • Mengenal sisi positif dan negatif era digital
  • Mengajarkan anak untuk memilih informasi internet dengan benar
  • Evaluasi bersama anak terkait konten
  • Menciptakan lingkungan digital yang sehat
  • Mengenalkan etika dalam berinteraksi di dunia maya.

Dengan pola komunikasi yang baik dan sehat, orangtua lebih mudah dalam melakukan adaptasi terhadap berbagai perilaku anak ketika berinteraksi dengan media digital. “Modal utama dalam pola pengasuhan digital adalah komunikasi orangtua terhadap anak,” tutup Nurul.

Sumber: https://edukasi.kompas.com/read/2021/04/27/160900471/psikolog-ugm–orangtua-wajib-tahu-8-karakteristik-generasi-digital?page=all#page2.
Penulis : Mahar Prastiwi
Editor : Dian Ihsan

 

Psikolog UGM Beberkan 2 Tips Bahagia di Masa Tua

$
0
0

KOMPAS.com – Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Tidak ada siapapun yang bisa menolak pertambahan umur dan fisik yang terus menua. Setiap manusia akan melewati fase-fase di mana dirinya akan menjadi semakin tua. Karena setiap hari selalu ada pertumbuhan dan perkembangan, selalu ada sesuatu yang baru dan berbeda dalam kehidupan ini. Tidak akan pernah sama.

Kehidupan saat remaja tentunya berbeda dengan kehidupan saat dewasa. Kemudian, kehidupan dewasa juga akan berbeda dengan kehidupan masa tua. Perbedaannya terletak pada pemikiran, bagaimana kita memandang sesuatu, sampai cara kita menjalani kehidupan. Seiring bertambahnya usia, seiring berlalunya waktu, kita bisa berubah setiap saat. Karena itu, wajar bila manusia mengalami penuaan dan penurunan metabolisme tubuh yang menurun. Tetapi, manusia bisa memilih bersikap dewasa. Karena tidak semua orang dapat menjadi dewasa pada masa tuanya.

Bijaksana merupakan pengetahuan mendalam terhadap kehidupan serta kemampuan interpersonal yang berupa kematangan ego dan integritas. “Kognitif, afektif, dan reflektif merupakan faktor internal sedangkan lingkungan fisik dan sosial adalah faktor eksternal yang dapat memengaruhi kebijaksanaan,” tutur Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Aisah Indati dilansir dari laman ugm.ac.id. Menurut Aisah kebijaksanaan pada lansia selaras dengan adanya kondisi mental yang sehat. Kriteria sehat mental antara lain memiliki pengetahuan diri, penerimaan diri, harga diri, kepercayaan diri, mampu mengendalikan dan mengembangkan diri, dan memiliki kemauan untuk berhubungan dengan orang lain baik secara interpersonal maupun sosial.

Aisah juga menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek penting untuk mencapai kearifan di masa tua. Pertama, memiliki rasa kepuasan dalam hidup (life satisfaction). Artinya walaupun memiliki banyak kekurangan dalam diri, namun tetap merasa puas dan bersyukur. Kedua, memiliki keterbukaan dalam hidup (openness the experience) yaitu mau kemampuan untuk mau belajar dari orang lain. Dan yang terakhir memiliki kebermaknaan hidup atau berharga. “Openness juga termasuk mengomunikasikan rasa sakit yang dirasakan baik secara fisik maupun psikologis,” ujarnya. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dipendam sendiri justru dengan adanya keterbukaan dapat menjadi salah satu media untuk tercapainya kesehatan mental dan kebijaksanaan.

Selalu positif thinking terhadap suatu hal yang akan terjadi dan ketika suatu peristiwa tidak sesuai kehendak maka harus dihadapi dengan sabar, evaluasi, dan terima apa adanya karena manusia tidak ada yang sempurna. Dua hal tersebut merupakan kiat-kiat yang dilaksanakan oleh Aisah yang menjadikan dirinya pribadi yang periang dan aktif hingga masa tua ini. “Cara mencapai kebijaksanaan sebenarnya sangat sederhana untuk diucapkan, namun terkadang memang terasa sulit untuk dilakukan,” imbuhnya.

Penulis : Sandra Desi Caesaria
Editor : Ayunda Pininta Kasih
Sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2021/04/28/080000571/psikolog-ugm-beberkan-2-tips-bahagia-di-masa-tua?page=all

Professional Personal Branding 101 Career Readiness

$
0
0

Sabtu (8/5) Office of Cooperation, International Affairs, and Alumni (OCIA) mengadakan acara “Professional Personal Branding 101 Career Readiness” dengan menghadirkan dua profesional alumni dari Fakultas Psikologi UGM, yaitu Irvandias Sanjaya S.Psi.,  Co Founder & CEO dari Design For Dream, dan Yosepha Sistine S.Psi., Senior Acquisition XL Axiata.

Acara berlangsung mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.15 WIB. Acara ini dihadiri oleh 75 peserta yang mayoritas adalah calon lulusan sarjana psikologi dari Fakultas Psikologi UGM. Diawali dengan materi “Online Professional Personal Branding” yang dibawakan oleh Irvandias, dilanjutkan dengan pemaparan dari Yosepha tentang “Career readiness: Improve your CV and Motivation Letter”.

Personal branding merupakan hal penting yang perlu dikembangkan oleh lulusan sarjana Psikologi. Namun, masih banyak yang belum memahami pentingnya personal branding bagi perkembangan karir dan bisnis.

Irvandias menerangkan bagaimana membangun personal branding yang menarik dan efektik melalui Linkedin. Ia membagikan pengalaman membuat profil di Linkedin yang mengantarkannya mendapatkan penghargaan Linkedin Power Profile 2018. Penghargaan ini diberikan Linkedin kepada pengguna yang paling banyak dikunjungi selama tahun 2018.

Pada sesi kedua, Yosepha yang memiliki berpengalaman di bidang sumber daya manusia membahas tentang bagaimana membuat curriculum vitae (CV) dan motivation letter yang baik dan efektif. Hal ini sangatlah penting bagi calon lulusan sarjana yang nantinya akan segera turun ke lapangan pekerjaan.

Yosepha menceritakan bahwa para recruiter tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca keseluruhan dari isi CV pelamar. Biasanya hanya melakukan screening selama kurang lebih 7 detik per CV. Oleh karena itu, CV harus stand-out dan well-delivered.

Yosepha menjelaskan ada beberapa kriteria umum CV yang bisa stand-out ketika masuk ke perusahaan. Kriteria itu antara lain open strong, share accomplishment, be selective, dan make it simple & readable.

“Jadi kalau kalian buat CV, 15 kata sampai 20 kata yang kalian tuliskan di awal CV itu sangat krusial untuk menentukan apakah recruiter akan melihat CV kalian secara mendetail, “tutur Yosepha.

Acara ini diharapkan dapat menginspirasi calon wisudawan dan wisudawati sarjana Psikologi UGM untuk tetap semangat dalam menghadapi dunia kerja.


Professional Personal Branding 101 Career Readiness

$
0
0

Sabtu (8/5) Office of Cooperation, International Affairs, and Alumni (OCIA) mengadakan acara dengan tema “Professional Personal Branding 101 Career Readiness”. Acara ini merupakan satu edisi dari segmen rutin OCIA Pengen Ngobrol, yaitu sebuah acara webinar yang menghadirkan para profesional alumni dari Fakultas Psikologi UGM untuk membagikan pengalamannya di dunia kerja.

Acara berlangsung mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.15 WIB. Acara ini dihadiri oleh 75 peserta yang mayoritas adalah calon lulusan sarjana psikologi dari Fakultas Psikologi UGM.

Acara OCIA Pengen Ngobrol kali ini mendatangkan dua alumni Fakultas Psikologi UGM. Pembicara pertama adalah Irvandias Sanjaya S.Psi. Enterpreneur muda yang sudah berpengalaman bekerja di beberapa perusahaan besar dan juga Co-founder & CEO dari Design For Dream ini membawakan materi tentang “Online Professional Personal Branding”. Selanjutnyua pembicara kedua adalah Yosepha Sistine S.Psi. Senior Acquisition di XL Axiata ini membawakan materi yang berjudul “Career readiness: Improve your CV and Motivation Letter”.

Personal branding di era ini sangatlah penting. Namun masih banyak orang yang mengesampingkan hal itu. Pada kesempatan ini  Irvandias menerangkan secara gamblang alasan apa saja yang membuat kita harus mempunyai personal branding di era ini.

“Mungkin kalau kita balik pada tahun 90 an ketika kita ngomong brand yaitu cenderung pada brand missal Nokia atau Apple. Tapi kalau sekarang ya kitapun bisa tumbuh sebagai brand kita gitu. Itulah kenapa orang muncul dengan stigma sebagai seprang influencer, sebagai youtuber dan segala macem. Karena, ya dia adalah sebuah korporasi buat dirinya sendiri dan mungkin membuahkan profit sebagai return apa yang dilakukan sehari-hari dari dirinya sendiri,” terang Irvandias.

Selanjutnya Irvandias banyak menjelaskan tentang bagaimana membangun personal branding melalui Linkedin. Ia menerangkan tentang bagaimana caranya membuat personal branding yang menarik dan efektif. Ia ingin membagikan pengalaman membuat profil di Linkedin yang mengantarkannya mendapatkan penghargaan Linkedin Power Profile 2018. Penghargaan ini diberikan Linkedin kepada mereka yang profil Linkedinnya paling banyak dikunjungi selama tahun 2018.

Pada sesi kedua Yosepha yang sudah berpengalaman di bidang sumber daya manusia banyak sekali membahas tentang bagaimana membuat curriculum vitae (CV) dan motivation letter yang baik dan efektif. Hal ini sangatlah penting bagi calon lulusan sarjana yang nantinya akan segera turun ke lapangan pekerjaan.

Saat perusahaan-perusahaan besar membuka lowongan pekerjaan, CV pelamar yang masuk bisa mencapai ribuan. Oleh sebab itu para recruiter tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca keseluruhan dari isi CV pelamar. Biasanya hanya melakukan screening selama kurang lebih 7 detik per CV.

“Maka dari itu kita butuh CV kita untuk bisa stand-out untuk create opportunity bisa well deliverder nih dari posisi yang sedang kita apply saat ini,” jelas Yosepha.

Ada beberapa kriteria umum untuk membuat CV yang bagus. Yosepha menjelaskan ada beberapa kriteria umum CV yang bisa stand-out ketika masuk ke perusahaan. Kriteria itu antara lain open strong, share accomplishment, be selective, dan make it simple & readable.

“Jadi kalau kalian buat CV, 15 kata sampai 20 kata yang kalian tuliskan di awal CV itu sangat krusial untuk menentukan apakah recruiter akan melihat CV kalian secara mendetail,” terang Yosepha.

Acara berlangsung cukup lancar. Pemateri juga cukup interaktif dengan menjawab semua pertanyaan dari peserta acara. Paniti berharap acara ini dapat menginspirasi calon wisudawan dan wisudawati sarjana Psikologi UGM untuk tetap semangat dalam menghadapi segala tuntutan yang ada di dunia kerja.

Virtual Open House Program Doktor Ilmu Psikologi UGM

$
0
0

Program Doktor Ilmu Psikologi UGM mengadakan Virtual Open House pada Kamis dan Sabtu (6&8/5). Acara tersebut dapat diikuti melalui link zoom yang dibagikan oleh panitia kepada peserta yang telah mendaftar atau dapat diikuti melalui saluran YouTube Kanal Pengetahuan Fakultas Psikologi UGM. Acara ini dilaksanakan untuk memperkenalkan Program Doktor Ilmu Psikologi kepada masyarakat umum dengan mengangkat tagline Nurturing, Enabling, and Enriching Doctorate Program. Melalui tagline tersebut, harapannya ketika seseorang sudah bergabung dalam keluarga besar Program Doktor Ilmu Psikologi UGM dapat saling membimbing, memperdayakan, dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan satu sama lain.

Pada hari pertama, acara dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama Pradiyta Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D dan ditemani oleh Etik Setyaningsih sebagai pemandu perjalanan. Dimulai pada pukul 10.00, peserta diajak berjalan-jalan secara virtual selama 30 menit untuk melihat lingkungan belajar Program Doktor Ilmu Psikologi UGM. Mulai dari mengunjungi ruangan kelas yang digunakan sampai unit-unit tempat mahasiswa Program Doktoral bisa magang dan berkolaborasi dalam penelitian ilmiah.

Kemudian, pada sesi kedua dilanjutkan dengan pemaparan kurikulum Program Doktor Ilmu Psikologi UGM tahun 2020 yang disampaikan oleh Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D. Sebelum pemaparan kurikulum terbaru, Rahmat mengajak peserta mengetahui sejarah awal mula terbentuknya Program Doktor Ilmu Psikologi dan perjalanannya selama beberapa dekade hingga sekarang

Acara virtual open house masih berlanjut pada hari kedua yang diawali pengenalan civitas akademika Program Doktor Ilmu Psikologi UGM dan promotor dan co-promotor oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A. Setelah itu, acara disambung dengan diskusi dan tanya jawab Kurikulum Program Doktor Ilmu Psikologi UGM Tahun 2020 yang telah disampaikan pada hari sebelumnya.

Kemudian pada sesi berikutnya diisi tentang bagaimana membangun chemistry antara promotor dan mahasiswa melalui topik “Relasi Promotor dan Mahasiswa”. Sesi tersebut dibersamai oleh Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si., dan Dr. Bagus Riyono, M.A sebagai perwakilan promotor dan Dr. Cicilia Larasati Rembulan, M.Psi., Psikolog selaku alumni serta Tri Astuti, M.Psi., Psikolog yang mewakili mahasiswi Program Doktor Ilmu Psikologi UGM.

Selanjutnya acara virtual open house Program Doktor Ilmu Psikologi UGM ditutup dengan pengenalan dan persembahan Promovendus Club yang diisi oleh Arumi Savitri Fatimaningrum, S.Psi., M.A., dan Sartana, M.A yang merupakan mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM angkatan 2019. Promovendus Club ini merupakan salah satu wadah tempat berkumpulnya mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM dan sudah berusia 9 tahun. Selain itu, Promovendus Club menjadi salah satu bagian istimewa yang dimiliki oleh Program Doktor Ilmu Psikologi UGM karena menjadi perantara terjadinya ikatan kekeluargaan yang terjalin antar mahasiswa.

Webinar Kajian Jumat Pagi, Amazed by Quran: Bagaimana Menjadikannya Peta Hidup Kita?

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM pada Jumat (7/5) menyelenggarakan acara Webinar Kajian Jumat Pagi dengan topik “Amazed by Quran: Bagaimana Menjadikannya Peta Hidup Kita”. Acara ini merupakan acara keempat yang telah diadakan sebagai kegiatan rutin tiap hari Jumat selama bulan Ramadhan. Kali ini, acara diisi oleh Ustadz Dr. Muntaha bin Artalim Zaim yang dimulai pada pukul 08.00 WIB.

Ada beberapa hal yang menjadi agenda umat muslim dengan al-Qur’an dan Rasullullah telah mencontohkannya. Beberapa di antaranya adalah selalu bersama al-Qur’an. Kebersamaan dengan al-Qur’an artinya tidak terbatas pada membawa al-Qur’an kemana-mana, tetapi selalu bersama al-Qur’an juga termasuk mengisinya dengan kegiatan membaca, merenungi, dan mengamalkan. Selain itu, ada juga agenda untuk mengajarkan dan menjelaskan al-Qur’an yang mencakup kegiatan menafsirkan, menguatkan, serta membuat hukum baru yang tidak ada dalam al-Qur’an.

Kemudian, ada banyak sebutan yang disematkan untuk al-Qur’an, salah satunya al-Qur’an bagaikan mutiara. Bagi umat muslim yang berinteraksi secara mendalam dengan al-Qur’an maka akan mendapatkan sinar berlian al-Qur’an. Selain itu, al-Qur’an sebagai kalamullah haruslah dipahami dengan benar oleh umat muslim karena al-Qur’an berisi perkataan-perkataan Allah yang jangan sampai dipahami secara salah. Oleh karena itu, Ilmu al-Qur’an sangat diperlukan agar umat muslim dapat berinteraksi dengan al-Qur’an secara benar serta sesuai dengan keperluan masing-masing.

Selanjutnya, Ustadz Dr. Muntaha memberikan kesempatan untuk peserta memberikan penafsiraan sepaham dan semampunya ayat di Surat Al-Hijr. Melalui cara tersebut, Ustadz Dr. Muntaha ingin mencontohkan interaksi langsung dengan al-Qur’an dan menyampaikan betapa pentingnya asbabun nuzul. Ustadz Dr. Muntaha menjelaskan bahwa umat muslim yang berinteraksi dengan al-Qur’an hanya melalui terjemahan ayat tidaklah cukup, maka harus ditindaklanjuti dengan memahami kronologi turunnya ayat tersebut. Baik dari segi bahasa, termasuk dari segi riwayat.

Melalui acara ini, Ustadz Dr. Muntaha juga menyampaikan tentang pentingnya menjadi pribadi yang berilmu. Ketika seseorang menjadi pribadi yang berilmu, maka ketika orang tersebut telah tiada ilmunya akan kekal. Orang yang telah tiada apabila berilmu, maka lewat ilmunya itulah akan terkenang. Tentunya itu menjadi kabar baik bagi para pengajar yang menghasilkan karya lewat tulisan atau jurnal yang ditulis karena Allah. Selain itu, penting pula menjadi orang yang sabar. Contohnya sabar dalam ketaatan, ketika sedang menjalani ibadah di bulan Ramadhan, sudah seharian menahan lapar dan haus, masih harus dilanjutkan dengan sholat taraweh. Jika tidak sabar, maka tidak mungkin menyelesaikan sampai sholat taraweh. Bahkan orang yang sabar dikagumi dan diberikan selamat oleh malaikat nantinya.

Syawalan 1442 H Keluarga Besar Fakultas Psikologi UGM

$
0
0

Rabu (19/5) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada mengadakan acara Syawalan 1442 H Keluarga Besar Fakultas Psikologi UGM. Acara ini merupakan momen halalbihalal yang diadakan rutin setiap tahun di Bulan Syawal bagi seluruh civitas Fakultas Psikologi UGM baik yang masih aktif maupun sudah purnatugas.

Acara berlangsung mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, diselenggarakan secara bauran dan dipandu oleh Zafira Rahmania Nur Shabrina, S.Psi., M.Sc. Beberapa tamu datang secara luring di Gedung G-100, dan sebagian besar mengikuti acara secara daring melalui Zoom Meeting.

Acara inti dimulai dengan pembacaan ayat Al Qur’an oleh Ustadz H. Wardhani. Selanjutnya, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman M.A., memberikan kata sambutan sekaligus menyampaikan selamat Hari Raya Idulfitri dan permohonan maaf lahir dan batin kepada seluruh tamu undangan yang hadir.

Dekan menyampaikan apresiasi kepada seluruh tenaga kependidikan yang di tengah kondisi pandemi tetap bekerja maksimal walaupun harus mematuhi protokol kesehatan dan panitia acara syawalan yang sudah menyiapkan acara dengan baik. Apresiasi juga diberikan kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi UGM yang telah memberikan dedikasi terbaiknya dalam menjalankan proses pembelajaran daring.

Pada acara ini juga diisi oleh tausiah yang disampaikan oleh Ustadz dr. H. Agus Taufiqurrahman M.Kes.,Sp.S. Beliau menyampaikan pentingnya mempertahankan sikap dan perbuatan baik walaupun bulan Ramadan sudah usai.

Acara syawalan ini juga menjadi momentum berpamitan dari dosen yang telah memasuki masa purnatugas, yaitu Dr. Esti Hayu Purnamaningsih, M.S. dan Dr. Ira Paramastri, M.Si. Beliau membagikan kenangan dan kesan yang didapat selama lebih dari tiga puluhan tahun pengabdian mereka di dunia Pendidikan.

Selanjutnya kata sambutan juga disampaikan dari perwakilan dosen purna tugas Prof. Dr. Asmadi Alsa, S.U., sedangkan dari dosen aktif disampaikan oleh Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S. dan Acintya Ratna Priwati, S. Psi., M.A. Tak ketinggalan dari perwakilan mahasiswa juga diberi kesempatan menyampaikan sambutan yang diwakili oleh Siroj dari Cimahi.

Acara ini juga dimeriahkan dengan parade foto unik dan lomba pantun berhadiah. Acara diakhiri dengan kuis online interaktif yang bisa diikuti oleh semua tamu undangan yang hadir secara online. Pertanyaan kuis adalah seputar Ramadhan dan Idul Fitri.

Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Studi S1 Psikologi Periode III Tahun Akademik 2020/2021

$
0
0

Kamis (27/05), Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Studi S1 Psikologi Periode III Tahun Akademik 2020/2021 yang terdiri dari 65 orang. Pada periode ini diikuti 53 orang dari kelas Reguler dan 12 orang dari Kelas Internasional/International Undergraduate Program (IUP).

Pada Program studi  S1 reguler, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Yesica Grahita Rumanti Mahambara dengan IPK 3.90 sekaligus meraih predikat cumlaude. Selain Yesica, ada 37 mahasiswa lainnya yang juga turut meraih predikat cumlaude. Sementara untuk masa studi tercepat diraih oleh Eunike Sekar Windiyananingsih, yaitu 3 tahun 5 bulan 14 hari.

Untuk kelas internasional/Internasional Undergraduate Program (IUP), Indeks Prestasi Akademik tertinggi diraih oleh Anak Agung Ayu Apsari Darmesti, yaitu 3.93 sekaligus meraih predikat cumlaude. Selain itu, masa studi tercepat diselesaikan selama 3 tahun 6 bulan 1 hari oleh Ajeng Prameswari Jasmine Viranty. Pada acara pelepasan wisuda periode kali ini, sambutan dari wisudawan/wisudawati diwakilkan oleh Anak Agung Ayu Apsari Darmesti. “Kelulusan kita pada hari ini memiliki 2 makna yang berbeda, yaitu sebagai tanda berakhirnya perjuangan kita selama kuliah sekaligus menjadi awal dari sesuatu yang baru”, ungkap Anak dalam sambutannya.

Fakultas Psikologi UGM juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi, baik dalam aktivitas akademik maupun aktivitas kemahasiswaan. Terdapat 47 mahasiswa yang berprestasi dalam aktivitas akademik dengan predikat cumlaude yang diraih, serta 20 mahasiswa yang berprestasi dalam aktivitas kemahasiswaan, yaitu Aarin Sharon Latumahina, Adhi Satrio Anggoro Kusumo, Ajeng Prameswari Jasmine Viranty, Andreas Nugahita, Dwi Nurarifah, Eunike Sekar Widyananingsih, Hanindito Arief Buwono, Iffat Nabila, Marsya Pracasri, Muhammad Zaki Afif Zainurrahman, Ni Luh Vidary Wiakta Putri, Nina Febrywati, Raniar Imania Putri, Ratih Tyaswari, Renesa Balqis Safarosa Riyadi, Riska Krisnovita Harsanti, Riza Fatihah Azzahra, Rosy Puspita Parapat, Yesica Grahita Rumanti Mahambara, dan Zidnilma Fahmalia Hazrati.

Dalam acara ini, perwakilan orangtua wisudawan, Dr. Basukiyanto, M.Si (orang tua Yesica Grahita Rumanti Mahambara) menyampaikan kepada para wisudawan/wati bahwa menyandang gelar sarjana adalah bentuk kepercayaan fakultas yang diberikan kepada wisudawan/wisudawati dan tidak semua orang berkesempatan untuk mendapatkan hal tersebut. Oleh karena itu, jangan mencemarkan nama baik alumni dan almamater serta lakukan sinergi dalam berkarya demi kepentingan anak bangsa. Sambutan juga disampaikan oleh Prabaswara Dewi, S.Psi., Psikolog., selaku Ketua Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), yang berpesan bahwa jangan menyerah karena pelepasan wisuda ini adalah momen dimana wisudawan/wisudawati mulai memasuki pelatihan yang sesungguhnya.

 Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A., juga menyampaikan harapannya dalam sambutannya agar wisudawan/wisudawati selalu sehat, dapat melanjutkan karier atau studi yang lebih tinggi, serta sukses yang semua itu merupakan kebanggaan juga bagi fakultas.

Viewing all 1347 articles
Browse latest View live