Quantcast
Channel: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Viewing all 1349 articles
Browse latest View live

Guest Lecture Series “Industrial and Organizational Psychology”: Sistem Rewards

$
0
0

Selasa (25/5) sebuah acara kuliah online bertajuk “Industrial and Organizational Psychology” diselenggarakan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Acara ini merupakan seri ke-5 dari rangkaian Guest Lecture Series yang sudah berlangsung sejak bulan Februari 2021.

Acara ini diselenggarakan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang berkolaborasi dengan Program Studi S1 Psikologi Reguler, International Undergraduate Program Psychology, Unit Pengembangan Kualitas Manusia, dan KBK Organizational Development and Changes.  Acara ini dimulai pukul 13.30 WIB hingga 15.15 WIB dan diikuti oleh 245 peserta dari mahasiswa S1 Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pematerai pada acara ini adalah Irwan Dewanto, Vice Persident Corporate HR TACO Group. Judul presentasi yang dibawakannya adalah “Reward System in The Organization”. Dalam presentasinya Irwan menerangkan tentang bagaimana perusahaan memberikan reward kepada pekerja agar menghasilkan kinerja yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi kemajuan perusahaan.

Total rewards didefinisikan oleh Irwan sebagai konsep yang menjelaskan semua alat yang tersedia bagi pemberi kerja yang dapat digunakan untuk menarik, memotivasi, melibatkan, dan mempertahankan karyawan. Setiap perusahaan mempunyai strategi masing-masing dalam pemberian reward pada pegawainya.

Reward yang disediakan oleh perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu strategi bisnis dan keunikan budaya organisasi. Keduanya mendorong strategi sumber daya manusia yang lebih baik. Sedangkan pengaruh eksternal dari pemberian reward adalah iklim ekonomi, pasar tenaga kerja, budaya, dan regulasi hukum yang berlaku.

Dalam acara ini Irwan juga memaparkan bagaimana strategi perusahaan dalam merancang sistem reward agar benar-benar tepat sasaran dan berdampak positif. Perusahaan selalu berusaha memberikan reward sesuai penilaian yang obyektif. Beberapa hal yang dipertimbangkan adalah bentuk reward yang tepat, pada orang yang tepat, diberikan karena alasan yang tepat, dan diberikan pada waktu yang tepat.

Selanjutnya Irwan juga menceritakan bagaimana peran HR dalam menentukan besar rewards yang diberikan pada pekerja. Menurutnya HR harus memahami pasar tenaga kerja dan bisa meposisikan diri secara tepat di antara serikat pekerja dan perusahaan.

Irwan juga memberikan motivasi bagi para mahasiswa psikologi yang tertarik menjadi HR ketika terjun ke dunia kerja nanti. Menurutnya lulusan psikologi mempunyai keunggulan dibandingkan lulusan dari jurusan lainnya yang turut bersaing dalam mendapatkan posisi HR, yaitu kemampuan untuk memahami, berempati, dan berbicara dengan bahasa yang bisa dipahami oleh masing-masing stakeholders.

“Jadi tidak semata-mata harus bisa ngetes, recruitment, assessment, itu nggak. Justru menurut saya competitive advantagesnya anak-anak lulusan psikologi adalah kemampuan berempati dan memahami stakeholders itu,” tutur Irwan.

Acara berlangsung dengan lancar mulai awal hingga akhir acara. Pemateri juga secara interaktif menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa yang mengikuti acara tersebut. Acara ini diharapkan bisa memeberikan pemahaman kepada peserta acara tentang sistem reward dalam perusahaan sekaligus memberikan motivasi pada mahasiswa psikologi agar tidak ragu-ragu jika ingin berkarir di bidang human resource.


KDM Promovendus Club: Dinamika Proses Kognitif pada Pemecahan Soal Cerita Matematika

$
0
0

Pada Jumat (28/5) Promovendus Club Program Doktor Ilmu Psikologi UGM kembali menyelenggarakan acara dengan topik “Dinamika Proses Kognitif pada Pemecahan Soal Cerita Matematika”. Topik tersebut disampaikan oleh Dr. Nani Restati Siregar, S.Psi., M.Si yang merupakan seorang dosen di Universitas Halu Oleo, sekaligus alumni Program Doktor Ilmu Psikologi UGM. Acara ini merupakan bagian dari kolokium yang dilaksanakan rutin tiap dua pekan sekali oleh Promovendus Club secara daring.

Melalui materi yang disampaikan, Nani menjelaskan bahwa pemecahan soal cerita matematika bukan hanya sekedar mengerjakan tugas atau ujian. Akan tetapi, pemecahan soal matematika juga berkaitan dengan empat kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Menurut Programme of International Student Assessment (PISA), pemecahan soal cerita matematika berkaitan dengan empat kompetensi, yaitu personal, sosial, okupasional, dan saintifik. Oleh karena itu, belajar matematika terutama terkait pemecahan soal cerita adalah suatu hal yang penting.

Jika diuraikan lebih rinci empat kompetensi tersebut memiliki efek masing-masing pada siswa. Pertama kompetensi personal berkaitan dengan bagaimana pemecahan soal cerita matematika melatih siswa untuk memecahkan masalah personal. Kedua, narasi soal cerita matematika menggunakan persoalan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut erat kaitannya dengan kompetensi sosial. Kemudian, soal cerita matematika memiliki efek pada pengembangan teknologi dan informatika. Hal itu masuk ke dalam kompetensi okupasional. Terakhir, kompetensi saintifik berkaitan dengan melatih siswa untuk tidak hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga mengumpulkan data yang membantu ketika melakukan kajian ilmiah.

Selain berkaitan dengan kompetensi, soal cerita matematika juga melibatkan beberapa proses kognitif, yaitu working memory, inhibitory control, dan shifting. Working memory adalah proses menandai/mengabaikan informasi tidak penting. Sementara inhibitory control berkaitan dengan cara memecahkan soal cerita. Siswa cenderung secara spontan menggunakan strategi pemecahan masalah yang sebelumnya tanpa saringan ketika menemukan soal cerita yang mirip atau pernah ditemui sebelumnya. Terakhir, proses kognitif yang berkaitan dengan kecepatan siswa memahami kata dan angka disebut shifting.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nani, siswa dengan kapasitas working memory dan shifting tinggi menganggap soal cerita matematika adalah sesuatu yang “biasa”. Sementara siswa dengan working memory yang rendah dan hanya didukung oleh inhibitory control, menganggap soal cerita matematika adalah soal yang sulit.

Klarifikasi Kurnia Yohana Yulianti terkait Admin Telegram Sijago Investasi

$
0
0

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari,

Sehubungan dengan adanya grup Telegram Sijago Investasi seperti pada foto di atas

saya, Kurnia Yohana Yulianti, bermaksud melakukan klarifikasi bahwa admin Telegram/CS SIJAGO INVESTASI yang ada dalam grup tersebut BUKAN SAYA.

Saya tidak bekerja dan sama sekali tidak ada hubungan apapun dengan PT. PNM INVESTMENT atau SIJAGO INVESTASI atau perusahaan investasi lainnya yang berkaitan dengan PT. PNM. Selain itu, saya juga tidak menggunakan Telegram.

Admin grup tersebut telah dengan sengaja mencatut nama dan foto saya yang ada di Google/Website Fakultas Psikologi UGM.

Mohon berhati-hati agar tidak membagikan data personal dan nomor rekening Anda kepada admin tersebut. Mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk report akun/grup tersebut.

Informasi ini saya sampai dengan sebenar-benarnya.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Hormat saya,
Kurnia Yohana Yulianti

Bincang Asyik: Virtual Open House 2021

$
0
0

Jumat (28/5) Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara “Bincang Asyik: Virtual Open House 2021”. Acara ini merupakan rangkaian pengenalan program Magister Psikologi Profesi dan Magister Psikologi kepada masyarakat umum melalui media daring dalam menyongsong penerimaan mahasiswa baru di tahun 2021.

Acara dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi pertama dilaksanakan pukul 08.45 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Sedangkan sesi kedua dilaksanakan pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.15 WIB.

Acara Bincang Asyik: Virtual Open House dibuka oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman M.A. Dalam pengarahannya, Faturochman menekankan pada keterkaitan dan sama pentingnya antara program studi Magister Psikologi Profesi dan Magister Psikologi (Sains) untuk masa depan pengembangan keilmuan psikologi.

Pada sesi pertama acara diisi dengan pengenalan program perkuliahan yang ada di program studi Magister Psikologi Profesi (Mapro) dan Magister Psikologi (Mapsi) Fakultas Psikologi yang disampaikan langsung oleh masing masing ketua program studi (Kaprodi).

Pada kesempatan pertama Dr. Sumaryono, M.Si. selaku Kaprodi Magister Psikologi Profesi (Mapro) memberikan informasi tentang proses perkuliahan di Magister Psikologi Profesi. Melalui presentasi singkatnya Sumaryono menerangkan tentang aspek-aspek penting yang menjadi konsep dasar pada pembelajaran hingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Magister Psikologi Profesi selama masa perkuliahan.

Pada kesempatan kedua Dr. Arum Febriani, M.A. selaku Kaprodi Magister Psikologi memberikan pemaparan tentang perkuliahan di Magister Psikologi (Mapsi). Dalam presentasinya singkatnya Arum menerangkan mulai dari tujuan utama dari Mapsi, peminatan-peminatan yang bisa dipilih mahasiswa Mapsi saat perkuliahan, hingga terbukanya kesempatan bagi mahasiswa dari luar jurusan psikologi untuk mendaftarkan diri menjadi mahasiswa mapsi melalui satu semester program matrikulasi/pra pascasarjana.

Sesi pertama ditutup oleh presentasi yang disampaikan oleh masing-masing koordinator bidang (korbid) pada prodi Mapro. Secara berurutan Korbid Mapro Klinis Idei Kurnia Swasti, S.Psi., M.Psi., Korbid Mapro Pendidikan Haryanta, S.Psi., Psi., M.A. dan Korbid Mapro PIO Taufiq Achmad Dwi Putro, S.Psi., M.Psi. memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang bidang-bidang dalam prodi mapro.

Pada sesi kedua acara Virtual Open House dilanjutkan dengan ngobrol asyik bareng alumni dari Mapsi dan Mapro. Pada prodi mapro diwakili oleh Zara Mendoza, M.Psi., Psikolog, Dila Dama Atprinka, M.Psi., Psikolog, dan Neliana Puspita Sari, M.Psi., Psikolog. Sedangkan dari Mapsi diwakili oleh Guntur Cahyo Utomo, M.A. dan Fakhirah Inayaturrobbani, M.A. Mereka berbagi ceria dan pengalaman mereka baik ketika masih menjalani perkuliahan maupun pengalaman dan implementasi keilmuan mereka di dunia kerja.

Acara berlangsung lancar dan interaktif mulai awal hingga akhir acara. Acara ditutup dengan bincang asyik bareng mahasiswa aktif dari Mapsi dan Mapro dari berbagai angkatan.

Psychology as a Cultural Developmental Science

$
0
0

Jumat (28/5) Office of Cooperation, International Affairs, and Alumni (OCIA) Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara webinar dengan tema “Psychology as a Cultural Developmental Science”. Acara ini merupakan seri ke-11 dari rangkaian acara International Guest Lecture Series.

Acara berlangsung mulai pukul 15.30 WIB dan berakhir pada pukul 17.15 WIB. Acara dihadiri oleh 130 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa S1 reguler dan IUP Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dan beberapa dari masyarakat umum.

Pemateri pada acara ini adalah Giuseppina Marisc, Ph.D. peneliti dan staff pengajar di University of Salerno Italia. Pina, begitu ia biasa disapa, membawakan sebuah presentasi yang berjudul “Psychology as a Cultural Developmental Science”. Presentasinya mencakup tiga pokok pembahasan yaitu beberapa konsep dasar psikologi budaya, perspektif perkembangan dalam psikologi budaya, dan beberapa akar sejarahnya.

Sebelum masuk pada pokok pembahasan, Pina terlebih dahulu mengajak peserta untuk memahami kompleksitas dari psikologi budaya yang merupakan persimpangan dari berbagai disiplin keilmuan. Setiap pengalaman manusia bisa masuk ke dalam lanskap penelitian psikologi budaya. Pina menyatakan bahwa psikologi budaya tidak dapat direduksi menjadi disiplin ilmu reguler dalam bidang akademik karena merupakan sesuatu yang lebih bersifat spesifik, yaitu cara untuk memahami manusia

Lebih lanjut Pina menjelaskan psikologi budaya adalah tentang fungsi psikologi yang lebih tinggi dan juga mempelajari “produksi” dari fungsi tersebut dalam interaksinya dengan seni, teknologi, institusi dalam kehidupan dan sebagainya. Psikologi budaya juga membahas tentang keunikan manusia dalam berinteraksi dengan alam.

Selanjutnya Pina menjelaskan tentang unit analisis dasar psikologi untuk memahami lebih dalam tentang psikologi budaya. Bagaimana interaksi antara manusia dan lingkungannya yang sangat kontekstual dan mempunyai hubungan timbal balik diterangkan menggunakan konsep individual-sosioekologi. Terjadi hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Pina menyatakan bahwa unit analisis psikologi budaya merupakan interkoneksi atau hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya.

Pina juga menjelaskan bagaimana apa yang membuat kajian psikologi budaya ini menjadi penting dan berbeda dengan kajian budaya pada lanskap keilmuan lainnya. Psikologi kultural diasumsikan lebih dimasukkan ke dalam epistemologic of become daripada epistemologic of being. Pina menerangkan bahwa poin penting dalam psikologi budaya bukanlah jumlah produk pikiran manusia tapi proses yang terjadi di baliknya.

Pada sesi terakhir presentasinya Pina menjelaskan tentang peran tokoh psikologi perkembangan di mana konsep dan teorinya turut berkontribusi membentuk psikologi budaya. Seleksi organiknya Baldwin, asimilasi dan akomodasinya Piaget, ZPDnya Lev Vyogotsky, dan scaffoldingnya Bruner memberi warna pada lanskap berpikir psikologi budaya.

 

Acara berlangsung sangat lancar. Di sesi tanya jawab peserta menanyakan beberapa pertanyaan terkait psikologi budaya yang dijawab dengan baik oleh pemateri. Pemateri memberikan wawasan dan pemahaman baru tentang psikologi budaya dalam memahami lokalitas di satu sisi tapi juga mampu membuat generalisasi dalam konteks yang lebih luas.

Cath-Art-Sis: Release your stress through art

$
0
0

Sabtu (29/5) Fakultas Psikologi UGM mengadakan webinar dengan tajuk “Cath-Art-Sis: Release your stress through art”. Acara ini merupakan Kerjasama antara Fakultas Psikologi UGM dengan Cathartsis, sebuah komunitas mahasiswa Magister Psikologi Profesi UGM yang berfokus pada isu kesehatan mental mahasiswa.

Acara ini dilaksanakan mulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 11.30 WIB. Acara ini diikuti oleh 26 mahasiswa S1 Psikologi UGM.

Pemateri pada acara ini adalah Zahwa Islami, S.Psi., mahasiswa Magister Psikologi Profesi UGM angkatan 2020 yang juga aktif sebagai public speaker dan motivator. Beberapa prestasi ia dapatkan selama masa kuliah, salah satunya adalah sebagai Mahasiswa Berprestasi Psikologi UGM 2018.

Pada acara ini Zahwa memberikan materi kepada peserta tentang kesehatan mental mahasiswa dalam menjalani kuliah daring di era pandemi. Tak hanya itu Zahwa juga mengajak peserta untuk memahami dan mempraktikkan katarsis sebagai coping stress dengan menggunakan media seni.

Materi presentasi pada acara ini terbagi menjadi empat pokok pembahasan. Yang pertama adalah stres pada saat kuliah daring. Setelah memahami akar permasalahannya Zahwa menjelaskan tentang strategi coping apa saja yang bisa dilakukan untuk mengelola stress. Dua pembahasan terakhir adalah katarsis, dan hubungan katarsis dengan seni.

Zahwa menjelaskan dalam melaksanakan kuliah daring mahasiswa menemui beberapa situasi baru yang dapat memicu stres. Mahasiswa merasakan perasaan negatif seperti kesepian, kepanikan, mudah marah, cemas, gejala depresi, merasa tidak berdaya dan sulit konsentrasi.

Penggunaan media sosial yang berlebihan karena bosan dengan rutinitas juga menyebabkan kelelahan mental. Ketika dalam situasi itu mahasiswa mendapatkan tugas, mereka menganggap itu sebagai ancaman dari zona nyaman. Hal itu membuat mahasiswa sering melakukan penghindaran atau penundaan terhadap tugas.

“Sebenarnya itu hal yang wajar, namun harus kita Kelola keberadaannya,” ujar Zahwa.

Melanjutkan penjelasannya pada coping stres, Zahwa membaginya menjadi dua. Yang pertama adalah problem-focused coping yaitu strategi penyelesaian permasalahannya dahulu dan yang kedua adalah emotion-focused coping yaitu meredakan luapan emosi dahulu baru kembali ke inti permasalahan yang ingin diselesaikan. Dua strategi ini merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan harus dilakukan untuk mengelola stres.

Stres yang terakumulasi itu bisa datang dalam bentuk yang beragam. Zahwa menjelaskan bahwa hal itu seharusnya bisa diidentifikasi. Ada stres yang membuat bertumbuh dan menghasilkan sesuatu, namun juga ada stres yang membuat kita stagnan atau bahkan destruktif bagi diri sendiri atau orang lain.

“Sehingga di sini katarsis dan seni itu bisa menjadi cara kita untuk mengelola stres dari input ke output,” jelas Zahwa.

Pada sesi penjelasan katarsis Zahwa memberikan contoh dari cerita Vincent Van Gogh, seorang pelukis post-impressionism yang mengalami gangguan psikotik. Pada saat sendiri dan kesepian itu Van Gogh mengekspresikan apa yang ia rasakan melalui lukisan-lukisan yang dibuatnya. Melukis bagi Van Gogh adalah media katarsis untuk mengatasi perasaan kesepiannya.

“Itu adalah bagian dari katarsis kesepiannya. Van Gogh mencoba untuk mengurangi gangguan psikologis atas kesepiannya itu dengan mengungkapkan emosi atau perasaan negatif yang dirasakan (dengan melukis),” ujar Zahwa.

Lebih lanjut Zahwa menjelaskan bahwa pada dasarnya katarsis itu menggunakan metode di mana kita bisa mengelola dorongan agresifitas, emosi perasaan ketidaknyamanan dalam diri kita. Dalam katarsis kita dituntut untuk mengembalikan jiwa kanak-kanak kita, yaitu spontan dan bebas untuk melakukan apa yang kita sukai.

“Tidak ada bagus dan buruk di sana, dan kita fokus pada prosesnya bukan hasilnya,” terang Zahwa.

Pada sesi terakhir panitia memberikan waktu 20 menit kepada peserta untuk melakukan katarsis  melalui media seni yang sudah disiapkan oleh masing-masing peserta. Ada yang menggambar, melukis, membuat origami, dan membuat lagu dengan alat musik piano.

Acara ini berjalan dengan lancar. Panitia juga memberikan hadiah bagi beberapa peserta yang beruntung. Panitia berharap dengan diadakannya acara ini bisa memberikan wawasan bagi peserta agar lebih peduli dengan kesehatan mentalnya dengan mengenalkan katarsis sebagai metode untuk mengelola stres.

Guest Lecture Series “Industrial and Organizational Psychology”: Talent Management

$
0
0

Senin (31/5) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan acara kuliah online bertajuk “Industrial and Organizational Psychology”. Acara ini merupakan seri ke-6 sekaligus sesi terakhir dari rangkaian acara Guest Lecture Series yang sudah berlangsung sejak Bulan Februari 2021.

Acara berlangsung mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 09.30 WIB. Peserta pada acara ini mencapai 155 orang yang sebagian besar adalah mahasiswa S1 semester akhir.

Pemateri pada acara ini adalah Indira Pratyaksa, Vice President Corporate Culture and Business Partner – PT Pertamina (Persero). Indira sudah bergabung dengan PT Pertamina sejak tahun 2003 hingga sekarang. Pada tahun 2016 Indira juga sempat mengikuti Leadership Program for Emerging Leaders with So, QUT – Australia Awards.

Pada kesempatan ini lulusan Magister Profesi Psikologi UGM tahun 2001 dan  ini membawakan materi berjudul “Talent Management”. Tiga poin utama dalam presentasinya adalah Pertamina at glance, strategi talent management, dan konsep talent management. Dari pemaparan ketiga poin itu peserta diajak untuk memahami lebih dalam mulai dari alur proses produksi hingga bagaimana strategi Pertamina dalam mengelola talenta pekerjanya.

Pada sesi pertama Indira menerangkan tentang apa itu Pertamina hingga bagaimana alur produksinya. Peserta diajak lebih dekat lagi mengenal Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha energi. Peserta juga diajak memahami dinamika organisasi di Pertamina.

“Secara organisasi pertamina baru saja melakukan perubahan yang fundamental. Namun kami berharap service delivery kami tidak berkurang tapi makin fokus lagi,” ujar Indira.

Selanjutnya Indira juga menerangkan bagaimana proses bisnis Pertamina mulai dari upstream, midstream, hingga downstream.  Pada level upstream Pertamina menghasilkan crude oil dan electricity. Sedangkan midstream melakukan proses pengolahan untuk menjadi berbagai produk yang berbeda. Sedangkan di downstream terkait marketing dan trading.

“Jadi dipasarkan kepada masyarakat ataupun diekspor ke other countries itu juga kita lakukan. Nah jadi bisnis-bisnis yang ada di downstream ini yang akan memastikan penyalurannya” terang Indira.

Setelah memahami kompleksitas proses bisnis Pertamian, Indira masuk pada talent management yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Indira menerangkan bagaimana Pertamina meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pada tiap pegawainya agar sesuai dengan deskripsi tugas pada setiap posisi atau tingkatan di mana pekerja itu ditempatkan. Hal itu untuk memastikan agar semua pekerja di Pertamina merasa nyaman sekaligus mampu menampilkan performa maksimalnya di sektor manapun ia ditempatkan.

“Jadi kalau kita tahu ­business processnya, kita itu bisa berpartner dengan mitra kerja kita, dengan atasan-atasan di fungsi lain, sehingga kita bisa memberikan dukungan yang pas dengan kebutuhan mereka, dukungan yang pas dengan strategi bisnis,” terang Indira.

Pada akhir presentasinya Indira lebih menerangkan tentang konsep manajeman talenta di Pertamina. Beberapa hal teknis yang tercakup dalam pembahasan ini antara lain talent classification, career aspiration, pengelolaan kinerja individu dalam performance management system, competence overview, competence architecture, Pertamina leadership model & program, dan yang terakhir adalah employe experience through HC digitalization.

Pada sesi tanya jawab di akhir acara secara interaktif peserta bertanya kepada pemateri untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang talent management dalam dunia kerja khususnya di Pertamina. Pemateri juga memberikan hadiah pada peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dengan baik.

Acara berlangsung dengan lancar. Pemateri memberikan gambaran bagaimana manajemen talenta dalam lanskap dunia kerja khususnya di Pertamina. Hal itu diharapkan dapat memberikan motivasi sekaligus gambaran pada peserta tentang apa saja yang perlu dipersiapkan dalam memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah nanti.

Integritas Akademik Dosen Indonesia: Fakta, Pengukuran, dan Upaya Optimalisasi

$
0
0

Promovendus Club Program Doktor Ilmu Psikologi UGM kembali menyelenggarakan acara Kolokium yang rutin tiap dua pekan sekali pada Jumat (4/6). Kegiatan kolokium kali ini mengangkat topik “Integritas Akademik Dosen Indonesia: Fakta, Pengukuran, dan Upaya Optimalisasi” yang disampaikan oleh Dr. Prasetyo Budi Widodo, S.Psi., M.Si. Prasetyo merupakan alumni Program Doktor Ilmu Psikologi UGM yang merupakan dosen di Universitas Diponegoro.

Integritas adalah salah satu permasalahan yang dialami pejabat di Indonesia. Secara umum integritas dapat dipahami melalui dua pengertian. Pertama kesetiaan untuk memahami dan melakukan nilai-nilai baik sesuai prinsip moral yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Kedua, integritas adalah karakter individu yang utuh untuk melaksanakan prinsip-prinsip moral.

Berangkat dari permasalahan integritas yang juga pada akhirnya membuat Prasetyo memutuskan untuk mengadakan penelitian tentang topik tersebut. Melibatkan 823 subjek yang merupakan dosen di Indonesia, Prasetyo melakukan penelitian tentang integritas akademik. “Pada tahun 2015, 2016 itu mencari artikel tentang integritas akademik itu sangat susah. Nah, yang mengherankan itu sekitar tahun 2017 akhir tiba-tiba artikel tentang integritas akademik itu luar biasa banyak. Saya sampai bingung kenapa kok tiba-tiba jadi banyak”, ujar Prasetyo.

Dahulu integritas banyak diteliti pada bidang industri dan organisasi, terutama penelitian integritas yang melibatkan karyawan sebagai subjek. Selain itu, penyusunan alat ukur integritas pada bidang industry dan organisasi awalnya ditujukan untuk menggantikan tes deteksi kebohongan. Selain di bidang industri dan organisasi, penelitian integrasi juga dilakukan pada bidang pendidikan, yaitu penelitian integritas akademik. Penelitian integritas akademik yang dilakukan berkaitan dengan angka-angka kejadian praktik kecurangan, khususnya menyontek yang dilakukan oleh siswa/mahasiswa.

Ada 4 kata kunci yang dapat digunakan untuk mencari literatur tentang integritas akademik yang terdiri dari academic integrity, educational integrity, academic honesty, dan academic dishonesty. Kata honesty digunakan karena muatan utamanya adalah kejujuran, meskipun pada perjalanannya, integritas akan mendapatkan tambahan-tambahan nilai-nilai lain. Oleh karena itu, integritas akademik juga dapat dimaknai sebagai sebuah komitmen individu untuk mewujudkan nilai-nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, penghormatan, dan tanggung jawab. Makna tersebut dipelopori International Center for Academic Integrity (ICAI) yang merupakan asosiasi perguruan tinggi di Amerika yang fokus pada integritas akademik.

Awalnya ICAI mendefinisikan integritas akademik dengan lima nilai, namun pada tahun 2013 ICAI menambahkan satu nilai yaitu, keberanian. Nilai keberanian menurut ICAI adalah nilai yang dapat melaksanakan kelima nilai lainnya. Tanpa keberanian, individu tidak bisa mewujudkan nilai-nilai lain yang terkandung pada makna integritas akademik.

Selanjutnya, dalam materi kolokium kali ini, Prasetyo juga menyampaikan bahwa integritas akademik adalah ciri dari manusia pembelajar. Selain sebagai hal penting bagi terlaksana atau tidaknya misi perguruan tinggi, serta berkaitan dengan reputasi sebuah perguruan tinggi. Menurut Prasetyo, penegakan integrasi akademik dapat dilakukan melalui deteksi dengan menjadikan pengukuran sebagai bentuk upaya apakah ada potensi kurangnya integritas akademik pada dosen. Oleh karena itu, diperlukan alat ukur yang reliabilitas dan validitasnya tinggi. Selain itu, penegakan integritas akademik dapat dilakukan melalui penerapan aturan dan sosialisasi yang bisa disampaikan melalui perkuliahan atau pun pemasangan spanduk.

The post Integritas Akademik Dosen Indonesia: Fakta, Pengukuran, dan Upaya Optimalisasi appeared first on psikologi.ugm.ac.id.


Kuliah Online: Post-traumatic Growth

$
0
0

Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi kembali mengadakan Kuliah Online pada Jumat (4/6). Topik yang diangkat pada acara Kuliah Online kali ini mengenai Post-traumatic Growth yang dibahas oleh Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. Acara ini diawali dengan sedikit pengantar dari moderator yang menjelaskan apa itu trauma, “Dalam dunia medis, trauma merujuk pada cidera yang terjadi pada tubuh seseorang akibat adanya benturan, pukulan, dan lain sebagainya yang terlihat dari lebam atau kebiruan yang muncul”, jelas moderator. Trauma dalam isitilah psikologi dan medis sebenarnya tidak jauh berbeda, sama-sama memiliki penyebab dan symptom-simptom yang dirasakan.

Hal menarik selanjutnya adalah ketika orang-orang yang mengalami trauma berhasil bertahan bahkan menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan sebelum mengalami kejadian trauma. Kondisi itulah yang berkaitan dengan post-traumatic growth (PTG), “sebenarnya PTG ini istilah lama, tetapi mungkin belum familiar atau kurang popular di kalangan masyarakat”, ungkap Nurul.

Post-traumatic growth merupakan sebuah perubahan atau transformasi positif yang dialami oleh seseorang setelah berjuang menghadapi trauma. Ditandai dengan kualitas diri atau kondisi yang lebih jauh dibandingkan sebelum mengalami trauma. Sayangnya, kondisi PTG hanya bisa dialami oleh orang-orang yang telah selesai dalam berjuang menghadapi trauma. Meskipun begitu, bukan berarti orang yang tidak mengalami trauma tidak bisa mendapatkan nilai-nilai yang dicapai oleh orang-orang yang mengalami trauma, “Bisa jadi (nilai-nilainhya) sudah dimiliki orang yang tidak mengalami trauma. Artinya, dia tidak mengalami trauma karena sudah paham level yang akhirnya dicapai oleh orang yang mengalami PTG”, jelas Nurul.

Wirdatul pun menambahkan, bahwa ketika seseorang berkeinginan untuk belajar dari trauma, maka seseorang tersebut justru bisa melejit lebih baik dari diri sendiri sebelum trauma. Sehingga membandingkan kondisi seseorang setelah trauma tidak dengan orang lain, tetapi dengan diri sendiri ketika sebelum mengalami trauma. Selain itu, transformasi yang dialami oleh seseorang setelah trauma dapat berbeda-beda dan salah satunya dipengaruhi oleh jenis trauma yang dialami.

Terdapat lima domain yang berkaitan dengan post-traumatic growth, yaitu kekuatan personal, hubungan yang lebih baik dengan orang lain, apresiasi akan hidup, kemungkinan yang baru, dan/ perubahan spiritual dan pemahaman baru tentang makna dan tujuan hidup. Kelima domain tersebut tidak harus semuanya dicapai oleh seseorang, cukup satu domain saja maka orang tersebut sudah termasuk mengalami PTG. Hal tersebut dikarenakan PTG memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Tidak semua orang bisa mencapainya karena tidak semua orang memiliki kemampuan apresiasi yang baik, “Kita sangat terbiasa untuk menganggap biasa hal-hal yang biasa terjadi pada kita”, ungkap Nurul.

Orang-orang yang mengalami PTG pasti mengalami peningkatan diri sekecil apapun itu. Selain itu, orang-orang yang mengalami PTG pada akhirnya memiliki pandangan yang lebih lebar, ruang toleransi yang lebih luas, ambang stres yang dimiliki naik, serta memiliki kemampuan apresiasi yang meningkat. Selain itu, ketika seseorang mengalami PTG, maka orang tersebut lebih bisa mengenali kerentanan diri sendiri, lebih berani meminta bantuan, menyadari, serta mengenali kapasitas diri.

Dalam menyampaikan materinya, Wirdatul menjelaskan bahwa bukan berarti orang yang berhasil bertumbuh dan mencapai post-traumatic growth, berarti lupa sepenuhnya dengan traumanya. Akan tetapi, meskipun masih ingat dan masih ada ketidaknyamanan yang dirasakan, orang tersebut menyadari bahwa ada hal-hal yang berkembang dalam dirinya.

The post Kuliah Online: Post-traumatic Growth appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

CICP Talk: Writing Strategies for Qualitative Research

$
0
0

Jumat (4/6) Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) mengadakan acara “CICP Talk: Writing Strategies for Qualitative Research”. Acara ini merupakan acara rutin tahunan CICP yang bertujuan untuk mensosialisasikan hasil riset peneliti yang berafiliasi dengan CICP.

Acara berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB. Peserta yang hadir pada acara berjumlah 100 orang yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan peneliti dari berbagai universitas di Indonesia.

Dua orang pemateri dari acara ini adalah Restu Tri Handoyo, Ph.D, Psikolog dan Adelia Khrisna Putri, S.Psi., M.Sc. Keduanya adalah dosen di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Kedua pemateri juga sangat aktif dalam meneliti dan mempublikasikan hasil penelitiannya.

Dalam kesempatan ini Restu membagikan hasil penelitiannya yang baru dipublikasi pada tahun 2021 ini dengan judul “A qualitative exploration of stigma experience and inclusion among adults with mild to moderate intellectual disability in an Indonesian contex”. Sedangkan Adelia mempresentasikan penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2019 dengan judul “Indonesian faculty barriers in providing help to college students in distress”.  

Pada sesi pertama Restu mempresentasikan penelitiannya yang berfokus pada pengalaman stigma dan inklusi sosial pada orang dewasa penyandang disabilitas intelektual dalam konteks Indonesia. Restu tertarik melakukan riset dengan tema ini dalam studi doktoralnya adalah karena informasi tentang disabilitas intelektual di Indonesia belum ada yang terpublikasi secara internasional.

“Ketika (rencana penelitian) ini saya ajukan ke supervisor saya, mereka langsung setuju karena ketika mereka googling ketika mereka searching memang mereka nggak bisa menemukan informasi-informasi yang terkait dengan disabilitas intelektual di Indonesia. Jadi penelitian saya dianggap masih novel,” terang Restu.

Penelitian Restu ini berbentuk multimethod dengan menggunakan analisis tematik sebagai kerangka penelitiannya.  Dalam penelitian yang melibatkan 15 responden ini Restu menemukan empat tema besar yaitu discrimination and poor treatment, reaction to and impact of stigma, limited social life and activity, dan wish of a normal life.

“Mereka melihat bahwa ada kehidupan lain, begitu ya, kesempatan yang dimiliki oleh orang-orang lain yang tidak mengalami disabilitas seperti mereka, dan mereka menyadari itu,” ungkap Restu.

Pada sesi kedua Adelia mempresentasikan penelitiannya yang mengeksplorasi tentang hambatan yang dirasakan oleh dosen maupun staf akademik ketika mereka menghadapi mahasiswa yang sedang dalam keadaan stres.  Tema penelitian ini dipilih karena sesuai dengan minat keilmuannya yaitu di bidang kesehatan mental khususnya tentang kasus bunuh diri.

Dalam penelitian ini Adelia ingin mengidentifikasi ke mana mahasiswa mencari bantuan ketika mengalami stres. Metode yang digunakan adalah exploratory study menggunakan survei online. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa di antara mereka yang mengalami stres itu hanya sekitar 5 persen yang mencari bantuan profesional, sedangkan 95 persennya mencari di tempat lain misal teman dan keluarga.

Dengan temuan itu Adelia tidak ingin berhenti hanya berfokus pada perilaku aktif penderita stres dalam mencari bantuan profesional. Lebih jauh lagi bagaimana ketersediaan pelayanan bagi mereka yang membutuhkan bantuan psikologis itu juga penting.

“Seolah hanya mereka (penderita stres) yang butuh meningkatkan awareness dan actively seeking. Tapi tidak banyak penelitian ketika itu yang mencoba untuk melihat, sebenarnya help providingnya itu seperti apa sih?” ungkap Adelia.

Di samping memaparkan hasil-hasil penelitiannya, kedua pemateri juga memberikan tips dan saran-saran dalam melakukan penelitian dengan metode kualitatif. Pemateri membagikan banyak pengalaman menarik yang mereka dapatkan pada saat menyelesaikan karya ilmiah hingga mempublikasikannya.

Pada sesi tanya jawab peserta secara antusias bertanya baik tentang metode penelitian kualitatif ataupun pertanyaan spesifik mengenai tema penelitian masing-masing pemateri. Panitia berharap bahwa dengan diadakannya acara ini akan semakin memperluas wawasan peserta acara tentang penelitian kualitatif dan semakin memotivasi peserta untuk mempublikasikan karya-karya ilmiahnya.

The post CICP Talk: Writing Strategies for Qualitative Research appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Rekrutmen Dosen Universitas Paramadina

Educational Psychology Practice in Australia Including Times of COVID-19

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM pada Jumat (11/6) menyelenggarakan kuliah tamu dengan topik “Educational Psychology Practice in Australia including times of COVID-19”. Acara ini dibersamai oleh narasumber yang merupakan seorang educational ethics di private school dan dosen sekaligus supervisor di Cronichal Clinic Monarch University, Dr. Pascale Paradis BA. MEd, DEdPsy, MAPS, MBPsS, FCEDP.

Dimulai pada pukul 14.00, acara ini terlebih dahulu dibuka oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D yang memberi sambutan dan ucapan selamat datang kepada peserta. Elga juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya acara. Kemudian acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh narasumber.

Penyampaian materi diawali dengan Pascale yang menyampaikan bahwa ada tiga tema luar biasa yang akan disampaikan berkaitan dengan praktik psikologi pendidikan pada lingkungan sekolah di Australia. Pertama, tema yang berkaitan dengan bentuk praktik pada sekolah di Australia. Ada beberapa bentuk praktik, diantaranya praktik yan dibuat berdasarkan hasil kerjasama sekolah dengan pemerintah, bekerja dengan sekolah-sekolah private, dan lainnya. Kemudian, dari bentuk-bentuk praktik tersebut dibagi lagi berdasarkan kebutuhan dan pendanaan, wilayah sosial-ekonomi, dan wilayah strategis.

Selanjutnya, peran praktik psikologi pendidikan dibagi menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama untuk menangani semua orang. Tingkat kedua untuk anak-anak yang berisiko rendah. Terakhir, tingkat ketiga untuk menangani anak-anak yang berisiko tinggi dengan meminimalisir dampak.

Lebih detail lagi, Pascale memberikan beberapa poin terkait hal-hal apa saja yang dilakukan oleh psikolog dalam ranah sekolah di Australia. Pascale menyebutkan bahwa psikolog harus memahami sistem pendanaan karena berkaitan dengan pemberian treatment. Beberapa kasus pernah terjadi, ketika didapati sekolah yang memiliki dana berlebih, maka sekolah tersebut dapat menjadi penggerak lingkungan sekitarnya. Dana yang lebih dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan melalui proyek komunitas, sehingga orang tua yang membutuhkan dana untuk treatment tetap dapat memperoleh dana dari sekolah lain. Meskipun, tetap ada syarat dan ketentuan yang berlaku.

Kemudian, psikolog bertugas untuk mencatat kebutuhan, mendukung rencana pengembangan perilaku, melakukan pengukuran, memberikan rekomendasi. Bahkan juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak non-psikolog atau umum yang membutuhkan informasi terkait proses treatment.

The post Educational Psychology Practice in Australia Including Times of COVID-19 appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Research Knowledge Sharing “Ketahanan Psikologis Keluarga Masyarakat DIY: Hubungan dalam Keluarga”

$
0
0

Jumat (11/6) Prodi Sarjana Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara Research Knowledge Sharing “Ketahanan Psikologis Keluarga Masyarakat DIY: Hubungan dalam Keluarga”. Acara ini merupakan sesi pemaparan hasil penelitian di bidang kesehatan mental dalam lingkup keluarga.

Acara dimulai pukul 13.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Peserta acara ini berjumlah 30 orang yang semuanya berasal dari civitas Fakultas Psikologi UGM.

Pembicara utama dalam acara ini adalah Dr. Budi Andayani, M.A., dosen Fakultas Psikologi dan peneliti dari Center for Public Mental Health. Pada kesempatan ini Ani memaparkan sebuah hasil dari penelitian yang berjudul “Ketahanan Psikologis Keluarga Masyarakat DIY: Hubungan dalam Keluarga”.

Pada sesi awal acara dibuka oleh pemaparan singkat ketua Center for Public Mental Health (CPMH) Diana Setyawati, M.Hsc.Psy., Ph.D. tentang indikator ketahanan keluarga. Di dalamnya mencakup komponen laten ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik-ekonomi, ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial. Diana juga menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian yang dipresentasikan pada acara ini.

“Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan indeks ketahanan keluarga DIY,” jelas Diana.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan. Pada studi satu peneliti melakukan systematic literatur review dan family in-depth interview, sedangkan pada studi dua adalah pembuatan skala ketahanan keluarga. Selanjutnya pada studi ketiga peneliti melakukan survei keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Pada sesi kedua, Ani lebih banyak menjelaskan tentang studi dua yaitu dalam pembuatan skala ketahanan keluarga. Menurut Ani berbagai alat ukur tentang keluarga dalam literatur barat belum tentu sesuai dengan nilai-nilai masyarakat DIY. Oleh sebab itu tim dalam penelitian ini berusaha menyusun instrumen pengukuran yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat DIY yang mempunyai fokus utama pada kualitas relasi keluarga.

Penelitian ini merupakan kerjasama antara Pemerintah DIY dan Fakultas psikologi UGM untuk menyusun indeks ketahanan keluarga DIY tahun 2018. Sampel yang diambil secara randomisasi terhadap masyarakat yang berdomisili di seluruh wilayah DIY sehingga mewakili kriteria statistik yang terstandar. Tim peneliti juga melakukan crosscheck ke kepala daerah di masing-masing wilayah untuk memastikan validitas datanya.

Dalam penelitian ini family in-depth interview dilaksanakan dengan menggunakan metode focus group discussion (FGD). Ani menjelaskan bahwa dari FGD tersebut ditemukan tiga tema unik yang tidak muncul pada systematic literature review, yaitu kehidupan sosial yang positif, spiritual dan religiusitas, serta norma budaya.

“Menurut masyarakat DIY, keluarga yang kuat tidak hanya memiliki kekuatan internal yang kuat (kebersamaan, komunikasi, dan keakraban), namun juga harus memiliki kehidupan sosial yang positif. Selain itu kekuatan religius dan spiritualitasnya kuat dan memiliki kontrol perilaku berdasarkan unggah-ungguh nilai budaya ” terang Ani.

Pada akhir presentasinya Ani memaparkan hasil dari penelitian ini. Ditemukan empat aspek penting yang menunjukkan ketahanan psikologis keluarga di Indonesia, khususnya di DIY. Keempat aspek itu adalah kebersamaan dan komunikasi, komitmen dan fungsi peran, kehidupan sosial yang positif, dan yang terakhir adalah spiritualias dan religiusitas.

“Keempat aspek ketahanan psikologis keluarga terangkum dalam skala relasi keluarga dan skala deteksi ketahanan keluarga,” jelas Ani.

Acara berlangsung dengan lancar. Acara ditutup dengan sesi tanya jawab tentang implikasi dan kemungkinan penelitian ini dilaksanakan secara lebih luas mencakup daerah-daerah lain di Indonesia.

The post Research Knowledge Sharing “Ketahanan Psikologis Keluarga Masyarakat DIY: Hubungan dalam Keluarga” appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Konseling Pranikah dan Keluarga

$
0
0

Senin (31/05)  Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan UKP Bersinergi UKP Berbagi (UBUB) ke-5 bertajuk “Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Konseling Pranikah dan Keluarga” secara daring.

Topik tersebut disampaikan oleh Dr. Budi Andayani, M.A., Psikolog, yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi UGM dan Agnes D. Purnomowardani, M.Si., Psikolog, yang merupakan Psikolog Rekanan UKP Fakultas Psikologi UGM, serta dimoderatori oleh Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus Kepala UKP). Kedua pemateri membahas tuntas mengenai teknik dan prinsip dasar di dalam konseling pranikah dan keluarga, terutama dalam rangka menguatkan hubungan pernikahan dan keluarga bagi klien, baik dari sudut pandang akademisi maupun praktisi.

UBUB 5 ini dihadiri oleh 102 peserta yang terdiri dari psikolog dan mahasiswa profesi psikologi dari berbagai daerah di Indonesia, yang tertarik untuk mendalami dan memperluas wawasan terkait layanan konseling pranikah dan keluarga agar layanan yang diberikan tetap efektif dan etis.

The post Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Konseling Pranikah dan Keluarga appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

UKP Bersinergi UKP Berbagi: Seni Merangkul Emosi Anak

$
0
0

Unit Konsultasi Psikologi (UKP) pada hari Rabu (16/06) mengadakan acara UKP Bersinergi UKP berbagi ke-6 dengan topik “Seni Merangkul Emosi Anak”. Acara tersebut dilaksanakan secara daring dengan Ismu Chandra Kurniawati, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber. Acara diawali dengan narasumber yang menunjukkan platform interaktif kepada peserta untuk sharing mengenai bagaimana perasaannya hari ini melalui gambar-gambar yang menampilkan emosi-emosi tertentu. “Apapun perasaan yang Bapak atau Ibu alami saat ini adalah valid. Tidak ada yang benar maupun salah. Itu memang sesuatu yang Bapak/Ibu alami saat ini dan itu sebenarnya sesuatu yang penting untuk kita”, jelas Ismu.

Ketika seseorang mencoba mencari tahu apa yang dirasakan sebenarnya ia juga sedang berusaha terhubung dengan dirinya sendiri dan sedang mencoba untuk mengenali kondisi diri. Setelah seseorang tahu sedang merasakan emosi apa, maka pertanyaan yang muncul adalah apa yang harus kita lakukan dengan emosi tersebut. Untuk orang dewasa, pertanyaan tersebut cenderung mudah dijawab, tetapi bagaimana dengan anak-anak?

Faktanya, anak-anak sudah memiliki emosi sejak mereka lahir, tetapi anak-anak butuh orang dewasa untuk mengatur emosi tersebut. Sayangnya, tidak semua orang dewasa dapat membantu anak untuk mengatur emosi anak. Ada orang tua yang menyepelekan bahkan mengejek ketika anak sedang mengalami emosi marah. Ada juga orang tua yang menganggap emosi anak tidak penting bahkan menolak mendengarkan ketika sedang mogok atau menolak melakukan sesuatu. “Disitulah pentingnya memahami, merangkul, dan kemudian mengatur emosi anak”, terang Ismu.

Ada beberapa cara yang tepat dalam meregulasi emosi. Pertama, harus mengenal komponen emosi terlebih dahulu. Emosi terdiri dari tiga komponen, yaitu perilaku ekspresif, perubahan sensasi fisik, dan pengalaman subjektif. Setelah mengetahui ketiga komponen tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengelola. Dari komponen perilaku ekspresif dapat dilihat apakah perilaku yang ditampilkan ketika menampilkan emosi tertentu tergolong bahaya atau tidak. Kemudian, secara komponen perubahan fisik orang dewasa dapat membantu menjelaskan bahwa anak ketika marah tubuhnya gemetar atau ketika takut keluar keringat lebih banyak. Hal itu, dapat membantu anak untuk terhubung dengan kondisi fisiknya ketika sedang mengalami emosi tertentu. Terakhir, orang dewasa dapat membantu untuk merefleksikan pengalaman subjektif dalam emosi-emosi yang dirasakan. Namun, lakukan refleksi emosi ketika anak-anak sudah dalam kondisi tenang.

Tujuan dari merangkul emosi bukan dalam rangka menghilangkan emosi marah, sedih, takut, dan emosi lainnya yang tidak nyaman. Tujuan merangkul emosi juga bukan untuk membuat merasa senang setiap saat. Akan tetapi, tujuan dari merangkul emosi adalah untuk mengizinkan anak merasakan tiap emosi dalam situasi yang aman, mengelola pikiran, dan tubuh sehingga emosi menjadi teman terbaik yang mendukung terus bertumbuh. Selain itu, proses merangkul emosi tidak perlu dibandingkan dengan orang lain.

The post UKP Bersinergi UKP Berbagi: Seni Merangkul Emosi Anak appeared first on psikologi.ugm.ac.id.


Kuliah Online: “Overthinking dan kesehatan mental”

$
0
0

Jumat (18/6) Fakultas Psikologi UGM dan Center for Public Mental Health (CPMH) mengadakan acara Kuliah Online: “Overthinking dan kesehatan mental”.  Acara ini merupakan rangkaian kuliah online yang rutin diadakan CPMH dengan berbagai macam tema tentang kesehatan mental dan terbuka untuk umum.

Acara ini berlangsung pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Peserta yang hadir dalam acara ini adalah 190 orang.

Pemateri acara ini adalah dua psikolog dari UGM.  Pemateri pertama adalah Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., Psikolog , leader dan manager di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Gadjah Mada Medical Center (GMC) UGM. Sedangkan pemateri kedua adalah Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, peneliti aktif di  CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman.

Pada sesi awal pemateri memulai dengan menjelaskan definisi overthinking. Definisi yang tepat memberikan gambaran awal bagaimana seharusnya overthinking itu disikapi sekaligus membedakannya dengan berpikir yang sehat. Dengan itu diharapkan peserta bisa mendeteksi kapan overthinking itu muncul.

“Salah satu yang terpenting adalah kita menjadi lebih aware terhadap pikiran kita, (sehingga kita sadar) kapan kita melakukan overthinking,” jelas Nurul.

Selanjutnya, Anisa menjelaskan dua bentuk overthinking yaitu ruminasi dan khawatir (worry). Ruminasi adalah pikiran yang disebabkan pada sesuatu yang sudah terjadi sedangkan worry adalah pikiran yang disebabkan sesuatu yang belum terjadi. Keduanya sebenarnya bermanfaat jika dilakukan dengan proporsional dan sebaliknya akan merugikan jika kadarnya berlebihan.

“Jadi baik ruminasi atau worry ini sebenernya sama-sama merupakan bentuk proses berpikir yang dilakukan secara terus menerus dan terpaku pada hal-hal yang negatif,” tutur Anisa.

Selanjutnya, pemateri juga menjelaskan tentang keterkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku dalam kaitannya dengan overthinking. Ruminasi dan khawatir juga berkaitan dengan depresi dan juga meningkatkan afek negatif.

“Jadi kalau afek negatif itu perasaan-perasaan yang cenderung negatif dan kemudian menurunkan perasaan-perasaan yang positif,” Jelas Anisa.

Pemateri juga berpesan kepada peserta untuk tidak mencurahkan hati di media sosial karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tanggapan dari pengguna media sosial yang tidak sesuai dengan yang diharapkan akan menimbulkan overthinking selanjutnya. Oleh sebab itu pemateri menekankan pada peserta untuk tidak enggan datang ke psikolog jika mengalami masalah agar mendapatkan penanganan profesional.

Nggak usah menunggu sampai parah banget. Kalau temen-temen sudah merasa nggak nyaman, pengen segera butuh bantuan untuk mengelola overthinking. Ya udah, feel free untuk datang ke psikolog,” terang Nurul.

Pada sesi terakhir pemateri memberikan beberapa strategi intervensi untuk mengurangi overthinking. Beberapa diantaranya adalah relaksasi progresif, menggerakkan tubuh dan mendekatkan diri dengan orang lain. Strategi lainnya adalah restrukturisasi kognitif yaitu merekam, menantang, dan mencari alternatif dari overthinking yang terjadi.

The post Kuliah Online: “Overthinking dan kesehatan mental” appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Bincang Implementasi MBKM Fakultas Psikologi UGM

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM pada hari Jumat (25/06) mengadakan sosialisasi dengan topik “Bincang Impementasi MBKM Fakultas Psikologi UGM”. Acara ini diadakan oleh beberapa pihak yang terdiri dari Prodi Sarjana Fakultas Psikologi UGM, Tim Implementasi Magang, Career Center, dan Office of Cooperation, International Affairs, and Alumni (OCIA). Tujuan diadakannya acara ini untuk menjelaskan tentang pelaksanaan MBKM di Fakultas Psikologi UGM, mekanisme pendaftaran Magang MBKM, dan pengenalan system pendaftaran Magang di SIT. Selain itu, acara ini juga dibersamai oleh Acintya Ratna Pratiwi, S.Psi., M.A selaku pembawa acara dan dibuka oleh sambutan dari Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, yaitu, Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si.

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau yang bisa disingkat dengan MBKM merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa/I untuk mengasah kemampuan sesuai minat dan bakat dengan cara terjun langsung ke dunia kerja untuk mempersiapkan karier di masa depan. “Momen ini diadakan untuk menyemangati kita semua untuk kegiatan magang”, ujar Nida dalam sambutannya.

Detail dari program Magang MBKM disampaikan pada sesi pertama acara ini oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed, Ph.D sebagai Koordinator Aktivitas MBKM. Pada sesi ini dijelaskan apa itu magang dan jenis-jenisnya. “Program Magang yang dilaksana di Fakultas Psikologi UGM bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar sekaligus memiliki pengalaman yang utuh serta siap untuk terjun dalam dunia kerja sesuai dengan kompetensi bidang psikologi”, jelas Elga. Terdapat 8 jenis magang, yaitu pertukaran pelajar, praktik kerja, asisten mengajar di satuan pendidikan, asisten penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/kkn.

Pada sesi berikutnya disampaikan oleh Satwika Rahapsari, S.Psi., M.A., R-DMT sebagai anggota Tim MBKM Fakultas mengenai mekanisme pendaftaran MBKM melalui SIT. Skema magang dibagi menjadi tiga, mandiri yang mengharuskan mahasiswa/i mencari sendiri kesempatan magang, penawaran oleh fakultas, serta penawaran oleh pemerintah. Secara keseluruhan alur pendaftarannya serupa, namun yang membedakan ada di poin pengajuan proposal bagi skema magang mandiri dan terdapat proses seleksi pada skema magang yang ditawarkan oleh pemerintah.

Kemudian pada sesi selanjutnya dijelaskan tentang konversi SKS oleh Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sarjana Psikologi. “Untuk angkatan 2019 tidak ada mata kuliah magang, oleh karena itu akan mengalami pengkonversian. Sementara untuk angkatan 2020 ada mata kuliah magang”, terang Galang. Selain itu, acara ini juga menjelaskan tentang simulasi langsung pendaftaran magang melalui SIT yang disampaikan oleh Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan penjelasan penyesuaian program magang pada International Undergraduate Program (IUP) yang disampaikan oleh Ketua Program Studi International Undergraduate, yaitu Dr. Wenty Marina Minza, M.A.

The post Bincang Implementasi MBKM Fakultas Psikologi UGM appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Hilman Dwi Himawan, Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM Juara 1 Lomba Esai Tingkat Nasional

$
0
0

Sabtu (26/6) tim Humas Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada mewawancarai Hilman Dwi Himawan. Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berhasil meraih juara 1 lomba menulis opini tingkat nasiomal yang diadakan Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang pada tanggal 3 Mei – 10 Juni 2021.

Hilman, begitu ia biasa disapa, merupakan mahasiswa yang sudah aktif menghasilkan karya tulis sejak di bangku sekolah. Sejak kelas 3 SMA Hilman yang bersekolah di SMA Negeri 1 Sleman sering mengikuti lomba menulis puisi dan cerpen. Beberapa kali Hilman berhasil mendapatkan juara dan dari event tersebut dan mengharumkan nama almamaternya.

Hobi menulis ini juga masih dipertahankan Hilman ketikan masuk ke bangku kuliah. Anak ke dua dari tiga bersaudara kelahiran tahun 2001  ini terus mengasah kemampuannya dengan rutin berlatih menulis. Hilman juga rajin membaca surat kabar nasional untuk mempelajari gaya bahasa dan struktur kepenulisan sebuah artikel.

“Saya lebih (membaca) surat kabar berita nasional begitu mas contohnya Kompas kemudian Tempo yang fokusnya menyoroti kasus-kasus aktual, contohnya seperti pandemi Covid-19,” terang Hilman ketika ditanya bagaimana cara menemukan gaya tulisan yang dimilikinya.

Di sela-sela jadwal perkuliahan yang padat Hilman selalu menyempatkan untuk mengikuti lomba karya tulis. Beberapa even penulisan yang Hilman ikuti dan berhasil mendapatkan juara adalah Lomba Editorial LPM Unsika pada tahun 2020, Lomba Opini STIE Yasa Anggana, juara dua Lomba artikel yang diadakan DPW Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hasyim Asy’ari, Lomba esai opini yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, dan yang terakhir adalah lomba esai tingkat nasional Surat kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang di mana Hilman berhasil meraih juara satu.

Terkait artikel opini yang berhasil menjadi juara satu di Surat Kabar Kampus Ganto, Hilman menceritakan mulai dari awal mendapatkan informasi lomba melalui Instagram. Ketika mengetahui tema dari lomba tersebut bebas, Hilman mendaftarkan diri untuk ikut lomba tersebut. Dengan mengangkat tema dilema pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi, Hilman menuangkan ide-idenya dalam sebuah artikel esai.

“Pembelajaran jarak jauh ini sebenarnya dilema ya mas. Di satu sisi memang bisa memutus rantai penyebaran Covid-19, namun di sisi yang lain itu banyak siswa begitu yang tidak siap dengan penerapan model pembelajaran jarak jauh ini,” terang Hilman.

Dari artikel itu Hilman menyoroti dinamika yang terjadi ketika dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh. Tidak sekadar menjelaskan pro dan kontra dari pembelajaran jarak jauh ini, Hilman juga memberikan solusi yang bisa diimplementasikan.

Selain hobi menulis, Hilman juga aktif berorganisasi. Mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi ini kini tergabung dalam organisasi Jama’ah Shalahuddin UGM, di mana Hilman tergabung dalam divisi Syiar Gadjah Mada Menghafal Qur’an (GMMQ). Di dalamnya, Hilman aktif mengikuti beberapa kegiatan.

“Kegiatan yang pernah saya ikuti diantaranya ada diklat Raja Bandar UGM 2020-2021 kemudian juga lomba-lomba,” ujar Hilman.

Menulis adalah hobi utama Hilman. Hal itu membuat Hilman ingin terus berkarya dan berniat mengikuti event kepenulisan yang akan ada di waktu depan. Dengan tulisan-tulisannya Hilman ingin mengharumkan nama Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sekaligus menyebarkan ilmu psikologi kepada khalayak umum.

The post Hilman Dwi Himawan, Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM Juara 1 Lomba Esai Tingkat Nasional appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

YES! Webinar: Prokrastinasi dan Manajemen Waktu

$
0
0

Youth Empowerment Studio (YES!)  bekerjasama dengan Central Public Mental Health (CPMH) mengadakan acara Webinar dengan topik “Prokrastinasi dan Manajemen Waktu” pada Jumat (2/7). YES! merupakan salah satu unit yang ada di kluster pendidikan CPMH Fakultas Psikologi UGM yang memiliki visi untuk menyebarkan dan mengkampanyekan akan pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja. Webinar yang diadakan YES! kali ini merupakan rangkaian acara dalam menyambut summer lecture series 2021 yang diadakan oleh CPMH pada tanggal 19 Juli-4 Agustus 2021.

Acara webinar kali ini dibersamai oleh Anggit Nursasmito, S.Psi dan Almira Salsabila Wicahyanto sebagai narasumber serta Satria Farqi Kilali sebagi moderator. Acara ini dilaksanakan melalui daring dan diikuti oleh 105 peserta dari berbagai kalangan, seperti pelajar SMA, Mahasiswa, Remaja, dan lain sebagainya. Selain itu, acara ini dimulai pada pukul 13.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB dengan pembagian sesi pertama untuk pembahasan prokrastinasi dan sesi kedua untuk pembahasan manajemen waktu.

Diangkatnya topik prokrastinasi dikarenakan hal tersebut dapat dialami oleh siapapun, mulai dari mahasiswa maupun pelajar sampai orang-orang yang sudah bekerja. Prokrastinasi merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam menunda, mengulur waktu, bahkan sengaja menghindar untuk melakukan sesuatu walaupun hal itu penting dan akan berdampak negatif.

Ada lima tahap prokrastinasi yang dapat dialami oleh seseorang, diawali dari perilaku mengindar dan merasakan aman yang timbul dari perilaku menghindar (false security). Setelah menghindar, maka akan muncul perasaan masih ada banyak waktu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan tersebut (laziness). Selanjutnya, berlanjut dengan mencari-cari alasan agar tidak menyelesaikan tugas atau suatu pekerjaan (excuses) dan semakin menunda pekerjaan semakin merasa tertekan (crisis or pressure) yang berujung pada perasaan frustasi karena tugasnya tidak kunjung usai (frustrated).

Terdapat dua faktor yang dapat melindungi diri dari prokrastinasi atau disebut faktor protektif dan fraktor risiko yang terdiri dari hal-hal yang membuat seseorang rentan untuk melakukan prokrastinasi. Salah satu hal yang dapat melindungi seseorang untuk tidak melakukan prokrastinasi adalah GRIT yang merupakan gabungan dari passion dan kegigihan, “jadi untuk menyelesaikan tugas juga butuh daya juang dan daya tahan”, jelas  Almira. Sementara untuk faktor resiko, terdiri dari perspektif negatif, kecemasan, low level of self identity, time orientation, dan time preference.

Salah satu hal lain yang juga membantu seseorang untuk tidak melakukan prokrastinasi adalah manajemen waktu, “atau semakin disini malah bukan manajemen waktu, tetapi manajemen diri terhadap waktu. Jadi kenali diri sendiri dulu, kira-kira orang yang seperti apa dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan”, terang Anggit. Selain itu, manajemen waktu juga memiliki dampak positif, seperti mengurangi kecemasan, memberikan keseimbangan antara kehidupan dan kerja, berkurangnya perasaan overload dan beban kerja, sebagai salah satu langkah dasar untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, menjaga kesehatan fisik, serta menjaga fokus terhadap suatu pekerjaan atau tugas.

The post YES! Webinar: Prokrastinasi dan Manajemen Waktu appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Peluncuran Program PSYDIAC

$
0
0

Fakultas Psikologi UGM bekerjasama dengan Flux, Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), dan Binar Academy mengadakan acara peluncuran Program Psychology Digital Application Creators atau disebut dengan PSYDIAC. Acara tersebut dilaksanakan pada Sabtu (3/7) dalam bentuk daring dengan mengundang beberapa pembicara, diantaranya Alamanda Shantika Santoso, S.Si., S.Kom (Founders dan Presiden Direktur Binar Academy), Erlina Dewi Fitriany, M.Psi., Psikolog (CEO Flux), Prabaswara Desi, S.Psi., Psikolog, (Ketua KAPSIGAMA), dan Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D (Ketua Program Studi Sarjana Psikologi). Peluncuran program ini dirancang oleh fakultas untuk membekali mahasiswa terpilih dengan keterampilan untuk merancang produk digital.

Acara diawali sambutan dari Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Melalui sambutannya, Nida menungkapkan bahwa peluncuran program ini dilakukan agar mahasiswa lebih fokus, terstruktur, dan terarah berpartisipasi dalam MBKM, khususnya dalam pembuatan produk digital. Fakultas Psikologi UGM sendiri sudah memiliki alumni yang sukses dalam membuat dunia digital, seperti Regisda Machdy dengan Pijar Psikologi, Nur Zidny Ilmanafia yang berkarier sebagai UX researcher di Jabar Digital Service, Renesa Balqis dengan Roomansa, dan alumni Fakultas Psikologi UGM lainnya yang juga sukses berkarier di dunia digital.

Untuk sesi pertama, dimoderatori oleh Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog dengan pembicara Prabaswari Desi, S.Psi., Psikologi dan Erlina Dewi Fitriany, M.Psi., Psikolog. Sesi pertama ini pun dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari penyampaian materi “Kontribusi Keilmuan Psikologi dalam Bidang Ketenagakerjaan di Era Digital” untuk bagian pertama. Kemudian “Implementasi Keilmuan Psikologi dalam Pengembangan Aplikasi Digital” sebagai materi untuk bagian kedua.

Selanjutnya untuk sesi kedua, dimoderatori oleh Acintya Ratna Pratiwi, S.Psi., M.A dengan pembicara Alamanda Shantika Santoso, S.Si., S.Kom dan Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D. Pada sesi ini yang dikemas secara talkshow, Alamanda berbagi pengalamannya dalam bekerja di bidang digital. Sementara Galang menyampaikan tentang PSYDIAC dan kaitannya dengan mahasiswa/i Fakultas Psikologi UGM serta program MBKM.

Harapannya program ini akan melahirkan mahasiswa/i Fakultas Psikologi UGM yang akan menjadi agen-agen perubahan melalui produk digital. Tidak hanya sekedar produk, tetapi juga menjadi solusi dari sebuah masalah yang terjadi di masyarakat.

The post Peluncuran Program PSYDIAC appeared first on psikologi.ugm.ac.id.

Viewing all 1349 articles
Browse latest View live