Quantcast
Channel: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Viewing all 1349 articles
Browse latest View live

Stigma dan Masalah Kesehatan Mental

$
0
0

Jumat (14/1) Center for Public Mental Health (CPMH) UGM mengadakan acara dengan tajuk Stigma dan Masalah Kesehatan Mental. Acara ini merupakan ragkaian kegiatan Kuliah Online (Kulon), program literasi kesehatan mental yang rutin diadakan CPMH setiap dua minggu sekali. Acara ini bersifat terbuka untuk umum dan dilaksanakan secara daring.

Acara dilaksanakan pada pukul pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Acara ini diikuti oleh 55 peserta. Pemateri dalam acara ini adalah Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., Psikolog , manager CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Gadjah Mada Medical Center (GMC) dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, peneliti aktif di  CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman. Pada kesempatan ini Nurul dan Anisa membawakan sebuah tema yang akrab dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu stigma kepada pengidap gangguan mental dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Selain kepada ODGJ, stigma juga sering muncul pada mantan narapidana dan pengidap virus HIV. Nurul mengawali persentasinya dengan menangkap sebuah berita yang mengangkat kisah seorang pengidap HIV yang selama 13 tahun dijauhi masyarakat dan kesulitan mendapatkan pengobatan. Hal itu akan memperparah keadaan penderita HIV karena tidak mendapatkan penanganan medis dengan layak dan intensif.

“Stigma itu menjauhkan dari yang seharusnya. Menjauhkan dari (penanganan medis) yang terbaik yang bisa diakses dan dapatkan,” terang Nurul sembari menjelaskan bahwa stigma-stigma baru mudah muncul di masyarakat dan menjadi tugas bersama untuk menghapuskannya.

Selanjutnya pemateri kedua menjelaskan tentang stigma. Menurut Anisa, stigma adalah label negatif yang disematkan kepada orang dan kelompok tertentu. Stigma ini dibentuk dari budaya dan struktur sosial yang ada di masyarakat.

Anisa juga menjelaskan dua tipe stigma yaitu public stigma dan self stigma. Public stigma adalah sikap negatif yang dimiliki anggota masyarakat tentang orang-orang dengan karakter terdevaluasi atau dipandang lebih rendah dan buruk. Sedangkan self stigma adalah sikap negatif dari masyarakat yang diinternalisasi ke diri sendiri.

“Jadi kitapun, diri kita sendiripun bisa menstigma (diri) kita. Jadi nggak cuman lingkungan sekitar yang memberikan stigma tentang kesehatan mental. Tapi kita juga bisa punya stigma itu,” terang Anisa.

Dampak stigma pada pengidap gangguan mental menyebabkan beberapa perlakuan yang semakin membatasi pengidap gangguan mental untuk mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Anisa menjelaskan bahwa tidak dilibatkannya pengidap gangguan mental dalam kegiatan masyarakat membuatnya semakin tidak berdaya dan merasa tidak berharga yang pada akhirnya akan mempengaruhi kalitas hidupnya.

Selanjutnya Anisa juga menjelaskan tentang bagaimana cara mengatasi stigma. Untuk mengatasi self stigma yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan literasi kesehatan mental, restrukturisasi kognitif, pemberdayaan individu, dukungan keluarga, dan peer support. Sedangkan untuk mengatasi public stigma bisa dengan menggunakan edukasi kesehatan mental, kontak sosial, dan advokasi sistemik dari semua lapisan masyarakat. Mengatasi stigma juga bisa dilakukan dengan intervensi psikologis. Di antaranya adalah Go-To Educator Training (GTET), Acceptance and Commitment Therapy (ACT), dan art intervensions.

Pada sesi terakhir pemateri membahas tentang mitos dan fakta yang sering sulit dibedakan oleh masyarakat ketika menghadapi permasalahan gangguan kejiwaan. Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dan diskusi interaktif antara pemateri dan peserta acara.

The post Stigma dan Masalah Kesehatan Mental appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.


Informed Consent pada Penelitian Melibatkan Manusia

$
0
0

Jumat (14/1) Komite Etika Fakultas Psikologi UGM berkerjasama dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi mengadakan Seminar Etika Penelitian. Acara ini mengambil tema “Informed Consent pada Penelitian Melibatkan Manusia”. Acara ini merupakan rangkaian dari kursus intensif terkait dengan etika penelitian untuk mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM namun juga membuka kesempatan bagi civitas akademika Fakultas Psikologi UGM untuk ikut serta. Acara ini berlangsung pada pukul 14.30 WIB hingga pukul 16.30 dengan dihadiri oleh 150 orang peserta.

Pemateri pada acara ini adalah Dra. Sri Kusrohmaniah, M.Si., Ph.D., dosen Fakultas Psikologi UGM. Kusrohmaniah merupakan anggota reviewer dari tiga komisi etik yaitu Fakultas Psikologi UGM, Fakultas Kedokteran UGM, dan di Universitas Gadjah Mada. Keterlibatannya sebagai anggota pada tiga komisi etik tersebut, membuat Kusrohmaniah sudah mempunyai pengalaman mereviu penelitian yang cukup banyak.

Pada kesempatan ini Kusrohmaniah membawakan presentasi tentang bagaimana etika penelitian ini sangat penting bagi semua jenis penelitian terlebih bagi penelitian yang melibatkan partisipan manusia. Setiap penelitian yang akan dilaksanakan idealnya harus sudah melalui reviu etik dari reviewer yang ahli di bidangnya. Begitu juga degan informed consent yang dibuat harus benar-benar memberikan rasa keadilan dan keterlindungan bagi partisipan penelitian.

Untuk mengajukna ethical clearance sebelum melakukan penelitian, pengaju harus memenuhi persyaratan yang diwajibkan sebagai berkas pengajuan. Setiap komisi etik mempunyai persyaratan yang berbeda-beda. Pada kesempatan ini Kusrohmaniah memberikan contoh dari website komite etik Fakultas Kedokteran UGM.

“Sebagai informasi bahwa setiap komisi etik itu memiliki panduan sendiri-sendiri ,sebetulnya ya, jadi boleh menuliskan panduannya sebagai panduan untuk para pegusul atau pengaju ethical clearance,” terang Kusrohmaniah sembari menjelaskan fitur-fitur panduan bagi pengaju ethica clearance yang bisa dibaca siapa saja melalui laman komite etik Fakultas Kedokteran UGM.

Pada perkembangannya proses penelitian mempunyai kekhasannya masing-masing tergantung di mana tempat peneliti akan melakukan riset. Kusrohmaniah menekankan kepada calon peneliti untuk memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pada setiap paguyuban, unit atau instansi tempat diadakannya penelitian. Harus ada izin dari ketua paguyuban atau instansi tersebut ketika akan melakukan penelitian di sana.

“Saya pernah menyampaikan bahwa rumah sakit-rumah sakit tertentu sekarang ini juga ada yang meminta ethical clearance sendiri yang diajukan ke rumah sakit walaupun peneliti sudah mengantongi izin atau ethical clearance dari komite etik tertentu,” terang Kusrohmaniah.

Pada bagian akhir pemateri menjelaskan tentang kelompok rentan dalam penelitian. Kusrohmaniah menjelaskan kelompok rentan dalam penelitian itu mencakup anak-anak, individu dengan kapasitas mental terbatas, dan individu di bawah tekanan yang akut atau tidak sadar. Terkait partisipan degan anak, peneliti harus mendapatkan persetujuan dari orang tua terlebih dahulu.

“Jadi untuk menggunakan anak-anak dalam penelitian anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang tua. Jadi prosesnya dari orang tua dulu ya, dan kemudian mendapatkan persetujuan dari anak,” jelas Kusrohmaniah.

Acara berlangsung lancar dan interaktif. Beberapa peserta secara aktif bertanya dan berdiskusi dengan pemateri perihal etika penelitian dengan partisipan manusia.

The post Informed Consent pada Penelitian Melibatkan Manusia appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 27 Psikolog, 6 Ilmuwan, dan 2 Doktor

$
0
0

Rabu (26/1) Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan acara Pelepasan Wisudawan/Wisudawati dan Pengambilan Sumpah Psikolog Periode II Tahun Akademik 2021/2022 Program Pascasarjana. Acara ini diikuti oleh 37 mahasiswa pascasarjana Magister Psikologi, Magister Psikologi Profesi, dan Doktor Ilmu Psikologi. Para Wisudawan/Wisudawati yang mengikuti pelepasan periode ini terdiri dari 29 mahasiswa Program Magister Psikologi Profesi, 6 mahasiswa Program Magister Psikologi, dan 2 mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi.

Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi Program Magister Psikologi Profesi adalah 3.92 diraih oleh Meyrantika Maharani sekaligus berpredikat cumlaude. Sementara Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi Program Magister Psikologi adalah 3.86 diraih oleh Halimatus Sa’diah yang juga meraih predikat cumlaude. Selain itu, pada periode ini juga terdapat lulusan dari Program Doktor Ilmu Psikologi berjumlah 2 orang atas nama Hendrikus Pedro dan Nita Trimulyaningsih.

Pada periode ini, tampil Nita Trimulyaningsih sebagai wisudawati yang memberikan sambutan sebagai perwakilan wisudawan/wisudawati. Melalui sambutannya, Nita mengungkapkan bahwa Rabu, 26 Januari 2022 adalah hari membahagiakan dan bersejarah yang nantinya akan dikenang. “Pada hari ini, kami mendapatkan pengakuan secara resmi sebagai master dan doktor dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Salah satu universitas ternama di dunia yang kami banggakan dan tentu saja kami hormati”, ungkap Nita

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemberian penghargaan dari Fakultas Psikologi UGM kepada Imamnatul Istiqomah sebagai lulusan dari Program Magister Psikologi Profesi dengan naskah publikasi tesis terbaik. Imamnatul mengambil judul tesis “Identifikasi Kompetensi Psikolog dalam Melakukan Telekonseling dengan Metode Delphi: Perspektif Psikolog dan Ilmuwan Psikologi” dengan Edilburga Wulan Saptandari, S.Psi., M.Psi., Ph. D., Psikolog sebagai pembimbing.

Kemudian, naskah publikasi terbaik dari Program Magister Psikologi diraih oleh Putri Yunifa dengan judul “Kepribadian dan Adaptasi: Kunci Keharmonisan Perkawinan Anggota Jemaat Ahmadiyah Keturunan dan Bukan Keturunan Ahmadi”. Judul tersebut Putri ambil bersama dengan Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si sebagai pembimbing.

Selain berbagai prestasi dan penghargaan yang diberikan, pelepasan wisudawan/wisudawati periode ini dihadiri oleh beberapa pihak yang memberikan sambutan. Salah satunya sambutan dari Dr. Maria Goretti Adiyanti, M.Si sebagai Perwakilan HIMPSI yang sekaligus menjadi pemandu Pengambilan Sumpah Psikolog pada periode ini. “Saat ini kesadaran masyarakat berkaitan dengan jasa psikologi semakin meningkat, selain itu perubahan lingkungan yang cepat serta banyaknya kasus yang muncul menjadikan Ilmu Psikologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu, kepada para psikolog yang melakukan praktek psikologi diharapkan jangan berhenti belajar hanya dari Ilmu yang Saudara dapatkan di perkuliahan”, pesan Maria pada wisudawan/wisudawati.

Sambutan juga diberikan oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D. “Bahwa pada titik ini, Anda dilepaskan dari status mahasiswa merupakan sebuah pembuktian bahwa Anda memiliki kemampuan dan kualitas, baik secara intelektual maupun secara karakter untuk mencapai sebuah tujuan yang tidak sederhana, yaitu menjadi seorang master maupun doktor”. Oleh karena itu, momen wisuda dapat dijadikan sebagai pengingat di hari depan ketika menghadapi tantangan dan rintangan, bahwa para wisudawan/wisudawati sudah pernah melewati berbagai tantangan dan rintangan yang lebih berat.

The post Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 27 Psikolog, 6 Ilmuwan, dan 2 Doktor appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pelatihan Big Data Bagi Mahasiswa S3

$
0
0

Kamis (27/1) dan Jumat (28/1) Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) berkerjasama dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi UGM melaksanakan sebuah acara webinar dengan judul “Pelatihan Big Data Bagi Mahasiswa S3”. Acara ini membahas tentang aplikasi teknik pengambilan dan analisis data dari media sosial dalam riset di bidang psikologi. Acara ini dikhususkan untuk mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Psikologi UGM.

Pada hari kamis acara berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada hari Jumat acara berlangsung mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Acara diikuti oleh 25 peserta mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM.

Acara dibuka oleh Haidar Buldan Thontowi, S.Psi., M.A., Ph.D. dosen Fakultas Psikologi UGM dan kepala Center of Indigenous and Cultural Psychology (CICP) UGM. Selain membuka acara, Buldan juga memberikan materi tentang pengantar Big Data dan Analisis.

Dalam presentasinya Buldan memberikan penjelasan tentang terbukanya kemungkinan menggunakan data dari media sosial dalam riset psikologi. Berawal dari perkenalannya dengan data twitter sebagai basis analisis data risetnya pada saat menyelesaikan program doktoralnya, Buldan menyebutkan bahwa ada beberapa keuntungan atau keunggulan ketika menggunakan data media sosial itu sebagai data riset.

“Jadi ketika menyebarkan survei ada kecenderungan orang itu mungkin mengisi sesuai dengan norma-norma sosial. (Sebaliknya) kalau di Twitter saya lihat itu emosi itu keluar. Jadi mereka menggunakan kata kasar atau apa itu mereka bebas untuk melakukan itu,” terang Buldan.

Selanjutnya Buldan menjelaskan tentang beberapa software yang bisa digunakan untuk mengambil data dari media sosial. Tak ketinggalan juga buku-buku teoretis dalam penggunaan data media sosial juga diperkenalkannya dalam sesi ini. Yang terakhir Buldan juga menerangkan tentang riset menggunakan Big Data yang sedang berlangsung di CICP sapai saat ini yang antara lain adalah “Koping Selama Pandemi: Analisis Twitter Mengenai Respon Psikososial terhadap Dampak Covid-19 di Indonesia” dan “Changing Risk Perception in The COVID-19 Pandemic: A Sentiment Analysis of Two Lockdown Periods in Indonesia”.

Sesi berikutnya dilanjutkan dengan penjelasan tentang teknik pengambilan data Twitter oleh Syurawasti Muhiddin, S.Psi., M.A. Pada sesi ini peserta diajak untuk mempelajari langkah demi langkah pengambilan data dari media sosial Twitter secara legal. Oleh sebab itu Syura memulai pelatihannya dengan mengajarkan kepada peserta bagaimana membuat API (Application Programming Interface) Twitter karena itu merupakan syarat utama untuk dapat mengambil data Twitter dengan legal.

Selanjutnya pada sesi ketiga diisi oleh Lalu Tarangga Arief Gunawan dengan membawakan sebuah materi Peelatihan data Preprocessing dan Cleaning Data. Pada tahap ini peserta pelatihan diajak memahami bagian-bagian data yang penting dan tidak penting untuk dipisahkan dan dibersihkan. Beberapa teknik yang diajarkannya antara lain berupa case folding, pembersihan URL, mention, hastag, reserve words, emoji, smiley, number, menghapus tanda baca, spelling correction, dan pembersihan stopwords.

Pada hari kedua acara diisi dengan peSmaparan materi tentang Aplikasi Orange oleh Yunita Sari, S.Kom., M.Sc., Ph.D. Pada sesi penutup ini Yunita mengajak peserta untuk mempelajari mulai dari pengenalan aplikasi Orange, pengambilan data menggunakan aplikasi Orange, dan yang terakhir adalah analisis data menggunakan aplikasi Orange. Yunita mengajak peserta mengaplikasikan secara langsung apa yang diajarkannya dalam aplikasi Orange melalui data yang sudah disediakan.

 

Photo by NEW DATA SERVICES on Unsplash

The post Pelatihan Big Data Bagi Mahasiswa S3 appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kuliah Online CPMH: Otak dan Gangguan Jiwa

$
0
0

Rabu (28/1) Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi UGM mengadakan Kuliah Online yang mengangkat topik “Otak dan Gangguan Jiwa”. Acara pada pukul 13.00 WIB ini dibersamai oleh Dr. Diana Setyawati, MHSc., Psy sebagai narasumber. Dilaksanakan secara daring melalui Zoom, acara ini diikuti oleh berbagai kalangan peserta, seperti mahasiswa, dosen, maupun praktisi.

Acara kuliah online kali ini berbicara mengenai hubungan antara gangguan jiwa dengan otak. “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi ketika otak itu “sakit”, kira-kira seperti itu”, jelas Diana. Ketika otak “sakit” dapat diartikan bahwa ada bagian otak tertentu yang bekerja kurang baik atau keliru. Selain itu, otak “sakit” dapat dimaknai sebagai adanya gangguan di jejaring dan komunikasi antar jalur yang bekerja tidak sesuai.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab otak “sakit”, seperti kondisi genetis, luka, infeksi, tumor, racun atau zat berbahaya yang berasal dari luar tubuh maupun lingkungan serta efek dari tekanan atau stress yang akut dan berkepanjangan. “Untuk diketahui bersama atau kita reviu kembali bahwa yang namanya stresor sebagian besar bersifat netral. Sebuah stresor dianggap ringan atau berat adalah persepsi kita sendiri, maka dari itu yang jadi pembahasan adalah perceived stressor”, terang Diana.

Perceived stressor berkaitan dengan pemahaman seseorang terhadap sumber stres apakah hal itu menekan atau tidak. Contohnya seperti bekerja dari rumah adalah suatu kegiatan atau “kalimat” yang netral. Akan tetapi, untuk beberapa orang adalah hal yang menyenangkan karena bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Sementara untuk beberapa orang lainnya, bekerja dari rumah membuat tertekan dan memunculkan perasaan sangat sedih.

Kemudian Diana melanjutkan penjelasan bahwa respon seseorang terhadap stresor adalah bagian dari kesehatan mental, “Merasa cemas mengenai sekolah bisa dijadikan tanda untuk seseorang lebih giat belajar. Artinya, stresor itu tetap diperlukan sampai batas optimum”. Seperti adanya tekanan dalam berupa deadline merupakan suatu hal yang diperlukan agar seseorang dapat bekerja secara optimal.

“Jadi, stres sehari-hari tidak bisa menyebabkan seseorang terkena gangguan mental”, ungkap Diana. Stres sehari-hari adalah hal yang normal dan bermanfaat karena stres dapat menjadi tanda bahwa seseorang membutuhkan sesuatu yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Selain itu, stres juga dapat mengarahkan seseorang agar terus belajar dan dapat beradaptasi.

 

Photo by Robina Weermeijer on Unsplash

The post Kuliah Online CPMH: Otak dan Gangguan Jiwa appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Penggunaan Metode Visual dalam Penelitian Kualitatif

$
0
0

Senin (31/1) Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara webinar online dengan tajuk “Using Visual Methods in Qualitative Research: Examples from Research on Youth Substance Addiction in Assam”. Acara ini merupakan diseminasi hasil proyek penelitian The Big Picture yang bergerak untuk menelaah resiliensi remaja terhadap zat-zat adiktif di Assam, India.

Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 17.30 WIB, dan dihadiri oleh 50 peserta acara. Pemateri pada acara ini adalah Prof. Anna Madill dari University of Leeds, UK, yang membawakan materi pengantar berjudul “Brief Introduction to The Big Picture”. Pemateri kedua adalah Dr. Rebecca Graber dari University of Brighton, UK, dengan materi presentasinya yang  berjudul “Ilustrate the Use of Still Images and Mapping”. Pemateri terakhir adalah Dr. Raginie Duara dari University of Leeds, UK, yang membawakan sebuah presentasi dengan judul “Ilustrate the Use of Collaborative Film-Making.

Acara dibuka oleh Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM Dr. Diana Setiyawati, MHSc., psikolog. Diana mengawali acara dengan memperkenalkan ketiga narasumber kepada peserta, membacakan curriculum vitae masing-masing pemateri  dan menjelaskan sekilas tentang proyek penelitian yang didiseminasikan pada webinar online kali ini.

Pada sesi pertama Anna membuka presentasinya dengan menjelaskan tentang gambaran besar bagaimana adaptasi metode Photovoice untuk menambah masukan psikologi, sosial, dan budaya dalam usaha pencegahan dan treatment pemuda pengguna zat adiktif di Assam, India. Anna menjelaskan tujuan tentang project yang dilaksanakan mulai September 2018 hingga Februari 2022 ini adalah meningkatkan pengetahuan, menyaring suara anak muda, dan memberitahukan praktek pengaruh kebijakan dan mempromosikan kesadaran publik.

Untuk itu Anna dan tim riset mempelajari dua kelompok anak muda di Assam yaitu usia 15-18 tahun dan 19-24 tahun. Mereka dilibatkan dalam tiga kegiatan yaitu mencari foto-foto untuk dapat mengidentifikasi pengalaman resiko, resiliensi, dan pemulihan di dalamnya. Setelah itu mereka diajak membuat poster dari foto-foto tersebut. Selanjutnya pada tahap terakhir mereka diajak berkolaborasi dalam pembuatan beberapa film pendek.

Pada sesi selanjutnya Rebecca lebih spesifik menjelaskan tentang macam-macam metode visual dalam penelitian kualitatif, beberapa di antaranya adalah mengenai Photo-led Interviews (photo-elicitation, photovoice), Parcitipatory poster-making, collage, clay, dan Mapping (body, relationships, spaces). Setiap metode mempunyai keunggulan dan fungsi masing-masing, khususnya Photovoice dipilih karena mempunya beberapa keunggulan yang sulit didapatkan pada metode lainnya. Salah satunya adalah memberdayakan partisipan dengan mengajak mereka turut aktif dalam proses penelitian. Keunggulan lainnya adalah dapat meningkatkan aksesibilitas, memperluas pengetahuan, dan menambah kekayaan data.

Selanjutnya pada sesi terakhir Raginie menjelaskan tentang bagaimana proses kolaboratif dalam pembuatan film pendek bersama partisipan penelitian. Pada dasarnya metode ini memiliki tiga tahapan utama yaitu planning and familiarizing, shooting and assessing, dan yang terakhir adalah editing and finalizing. Pada tahap Planning Raginie memperkenalkan sesuatu yang penting dibuat sebelum mengambil gambar film yaitu adalah storyboard. Pada tahapan ini cerita dibuat dengan alur yang runtut untuk memudahkan pada saat pengambilan gambar. Selanjutnya, pada sesi terakhir Raginie juga menunjukkan beberapa poster film yang sudah jadi. Beberapa judul diantaranya adalah “A Different Path to Recovery”, “Taint in The Lush Green”, “Wrestling Agains All Odds”.

Acara berlangsung lancar dan interaktif. Pada saat acara Rebecca mengajak peserta menggambarkan tubuh masing-masing ketika sedang belajar dan memberikan tanda di bagian tubuh mana sedang merasakan sesuatu saat belajar. Setelah itu peserta diberikan kesempatan untuk menampilkan gambar yang dibuatnya dan mempresentasikan maknanya.

 

 

Photo by Juan Martin Lopez on Unsplash

The post Penggunaan Metode Visual dalam Penelitian Kualitatif appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Bapak Satmoko Hadi Staf Laboratorium Psikodiagnostika Tutup Usia

$
0
0

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berduka kehilangan tenaga kependidikan Bapak Satmoko Hadi pada 17 Februari 2022. Satmoko meninggal pukul 08:00 WIB di kediaman Sonosewu DK VI RT 11 No 466 C Bantul, Yogyakarta. Pemakaman jenazah pada hari itu juga pukul 16.00 WIB di makam Danukraman, Sonosewu, Bantul, Yogyakarta.

Satmoko selama mengabdi di Laboratorium Psikodiagnostika terkenal sebagai staf yang baik hati. Hal ini terungkap saat beberapa alumni mengucapkan bela sungkawa di Instagram Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. “Selamat Jalan Mas Moko.. Inalilahiwainailaihirajiun.. semoga husnul khotimah. Terimakasih untuk kebaikanmu di setiap proses kami lulus dari Fakultas🙏🏻”, kenang Analisa Widyaningrum. Hal senada juga diungkapkan oleh Afriza Animawan, “Innalillahi wa innailaihi rojiun. Semoga dilapangkan surganya. Maturnuwun atas keramahan setiap pinjam alat tes disana, semoga jadi amal jariyah”.

Semoga Almarhum diberi tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Aamiin.

 

The post Bapak Satmoko Hadi Staf Laboratorium Psikodiagnostika Tutup Usia appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pelepasan Wisudawan/Wisudawati secara Daring Periode II Tahun Akademik 2021/2022 Program Sarjana dan Internasional Undergraduate Program

$
0
0

Rabu (23/02) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Periode II Tahun Akademik 2021/2022 Program Sarjana dan International Undergraduate Program. Acara ini diikuti oleh 43 mahasiswa Program Sarjana dan 4 mahasiswa International Undergraduate Program, sehingga keseluruhan jumlah lulusan periode II Tahun Akademik 2021/2022 berjumlah 47 mahasiswa.

Pada Program Sarjana, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Ivana Nur Intishar dan Triyuni Lestari, yaitu 3.87 sekaligus meraih predikat cumlaude. Sementara untuk masa studi tercepat diraih juga oleh Ivana Nur Intishar, yaitu 3 tahun 3 bulan 11 hari. Ivana juga menjadi wakil wisudawan/wisudawati yang memberikan sambutan pada pelepasan ini. “Teman-teman sekalian, saya yakin dan percaya bahwa hari ini tidak hanya kita yang berbahagia, tetapi lihatlah orang tua kita yang mendukung dengan doa dan segala jerih payah mereka”, ungkap Ivana.

Untuk Internasional Undergraduate Program, Indeks Prestasi Akademik tertinggi diraih oleh Nadya Fahayyindina, yaitu 3.90 sekaligus meraih predikat cumlaude. Selain itu, masa studi tercepat diraih oleh Setiawati Dwi Saputri dengan masa studi 3 tahun 5 bulan 6 hari.

Fakultas Psikologi juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi, baik dalam bidang akademik, maupun bidang kemahasiswaan. Terdapat 26 mahasiswa yang berprestasi dalam aktivitas akademik dengan predikat cumlaude yang diraih, serta 10 mahasiswa, yaitu Almira Devi Zaafarno, Joshua Aljamo Christ Prasetya, Ariyana Chandra Dewi, Neng Wita Juwita Agustin, Wisnu Yogi Pradhana, Ikana Naifah Tahara Asirwada, Tetria Yuningtyas Maysarah, Monica Giovani Hadi Susanto, Meutia Rifqy Wibowo, dan Kairania Qalbi yang berprestasi dalam aktivitas kemahasiswaan

Acara pelepasan wisudawan/wisudawati diisi dengan sambutan dari perwakilan orang tua, yaitu Willy Kasim yang merupakan orang tua dari Triyuni Lestari. Melalui sambutannya, Willy berharap semoga Fakultas Psikologi UGM agar dapat terus-menerus berkontribusi dalam menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas dan SDM unggul yang responsif terhadap perubahan.

 Selain itu, sambutan juga diberikan oleh Ketua Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA) Prabaswara Dewi, S.Psi., Psikolog. yang berpesan untuk para wisudawan/wisudawati untuk saling menjaga teman-teman seangkatan. Hal lain juga disampaikan oleh Rahmat Hidayat, S.Psi., MSc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada melalui sambutannya, bahwa memang pada hakikatnya hidup ini penuh dengan perjuangan. “Dengan landasan rasa syukur ini, inshaaAllah nikmat yang lebih besar, keberhasilan yang lebh tinggi, serta kemenangan yang lebih sejati nanti akan kalian dapatkan”, harap Rahmat.

The post Pelepasan Wisudawan/Wisudawati secara Daring Periode II Tahun Akademik 2021/2022 Program Sarjana dan Internasional Undergraduate Program appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.


Kuliah Online CPMH: Menjadi Penolong Pertama Psikologis

$
0
0

Central for Public Mental Health (CPMH) menyelenggarakan Kuliah Online “Menjadi Penolong Pertama Psikologis: Konsep dan Praktik” yang terdiri dari dua sesi pada tanggal 11 dan 25 Februari 2022. Hadir sebagai pembicara yang sama di kedua sesi pertama, yaitu Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. “Kuliah Online sebenarnya sudah kesekian kalinya mengangkat topik ini (Psychological First Aid) dan mengapa kami kembali mengangkat topik ini karena ini dapat merangkul banyak partner serta masyarakat lebih luas”, ujar Nurul di awal acara.

Pada sesi pertama pembahasan tentang Psychological First Aid (PFA) dibatasi pada konsep, kemudian di sesi kedua pembahasan PFA akan ditekankan pada prakteknya. “Maksudnya, praktisnya apa sih yang akan kita lakukan secara teknis ketika kita memberikan dukungan psikologis awal”, jelas Wirdatul. Menurut WHO, PFA merupakan sebuah upaya pemulihan psikologis yang diberikan kepada orang-orang terdampak bencana atau krisis.

PFA merupakan salah satu bentuk dari intervensi psikososial, “Jika kita bicara psikososial, maka ada piramida intervensi yang perlu kita bahas”, terang Wirdatul. Tingkat pertama pada sebuah piramida intervensi psikososial berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan rasa aman. Kemudian tingkat berikutnya berkaitan dengan bagaimana lingkungan, komunitas, atau kelompok sekitar dapat memberikan dukungan psikososial agar penyintas dapat kembali terlibat dalam aktivitas sehari-hari. Pada lapisan ketiga berkaitan dengan dukungan non-spesialis, salah satunya yaitu PFA dan pada lapisan puncak, intervensi psikososial terdiri dari dukungan spesialis yang berkaitan dengan penanganan lebih lanjut.

Pada sesi kedua pembahasan PFA dilanjutkan dengan praktik dan aplikasinya. Menurut WHO, PFA dilakukan berlandaskan pada prinsip yang sama, yaitu look, listen, dan link.

Prinsip PFA yang pertama adalah look yang menugaskan para first aider-nya melihat secara cermat, melihat lebih jauh, atau memeriksa di sekitar lokasi maupun penyintas. “Sambil memeriksa orang-orang mana yang sekiranya memiliki reaksi stres yang sangat serius, pertimbangkan mana individu yang paling butuh menerima PFA”, jelas Nurul.

Prinsip PFA berikutnya adalah listen yang terdiri dari memulai kontak dengan korban, menanyakan kebutuhan dan kekhawatiran mereka, serta mendengarkan dan membantu mereka untuk tenang. Kemudian, prinsip terakhir PFA adalah link. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah mengakses informasi melalui layanan yang tersedia, menghubungkan dengan badan perlindungan atau dukungan lainnya, mengakses perawatan, dan pengobatan, serta menghubungi kerabat dekat dan orang-orang terpercaya.

Acara berlangsung interaktif dengan peserta yang dapat mengajukan pertanyaan di tengah-tengah pembicara menyampaikan materi sehingga membangun komunikasi dua arah. Selain itu, pihak penyelenggara juga memperbolehkan peserta untuk menyalakan kamera untuk lebih menghidupkan suasana kuliah online.

 

 

 

 

Photo by Diana Polekhina on Unsplash

The post Kuliah Online CPMH: Menjadi Penolong Pertama Psikologis appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Ardian Rahman Afandi

$
0
0

Nama Lengkap:
Ardian Rahman Afandi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Email:
ardianrahmanafandi[at]ugm.ac.id

The post Ardian Rahman Afandi appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Smita Dinakaramani

$
0
0

Nama Lengkap:
Smita Dinakaramani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Email:
smita.d[at]ugm.ac.id

The post Smita Dinakaramani appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Zahra Frida Intani

$
0
0

Nama Lengkap:
Zahra Frida Intani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Email:
zahrafridaintani[at]ugm.ac.id

The post Zahra Frida Intani appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Acintya Ratna Priwati

$
0
0

Nama Lengkap:
Acintya Ratna Priwati, S.Psi., M.A

Email:
acintya.ratna.p[at]ugm.ac.id

The post Acintya Ratna Priwati appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kuliah Online CPMH: Self-Care dan Healing

$
0
0

Pada Senin (14/03), Center for Public Mental Health (CPMH) mengadakan kuliah online dengan topik “Self-Care dan Healing”. Topik tersebut disampaikan oleh Psikolog Handal yang sudah sering mengisi kuliah online CPMH, yaitu Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. Acara yang dihadiri oleh berbagai kalangan yang memiliki minat terhadap topik pembahasan kesehatan mental ini diawali dengan pembahasan tentang kesehatan mental.

“Kenapa kami memulainya dengan kesehatan mental?”, tanya Nurul kepada peserta acara. “Karena memang tidak terpisahkan (kesehatan mental dan self-care). Kami (CPMH) berkeyakinan bahwa literasi kesehatan mental itu harus selalu, selalu, dan selalu disampaikan”.

Berbicara tentang kesehatan mental sebetulnya seperti sedang membahas suatu hal dari hulu ke hilir. Mulai dari promosi prevensi yang memiliki porsi paling besar sampai rehabilitasi lalu bagaimana orang tersebut dapat kembali kepada masyarakat. “Berbicara self-care, sebetulnya porsi terbesarnya ada di bagian promosi prevensi supaya tidak perlu mengalami kurasi. Kalaupun harus mengalami kurasi, maka dalam bentuk yang paling minimal”, terang Nurul.

Terdapat 4 pilar dalam kesehatan mental, yaitu bermanfaat, produktif, mampu menghadapi stres sehari-hari, dan mengenali potensi diri sendiri. Kaitannya dengan mengenali diri sendiri tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang kelemahan. Hal ini termasuk mengenali kesempatan apa yang dimiliki dan juga ancaman apa yang berpotensi muncul. “Singkatnya, mengenali potensi diri harus melalui penggalian SWOT yang utuh”, jelas Nurul.

“Dengan kerentanan yang kita sadari atau disebut dengan faktor resiko, kita jadi bisa tahu hal apa yang harus dipersipakan di diri kita atau bisa juga disebut faktor protektif dan self-care menjadi salah satu caranya”, terang Wirdatul.

Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan mental seseorang bisa mengalami naik dan turun. Jika sedang terpapar banyak kejadian yang membuat stres, maka wajar jika seseorang mengalami kesehatan mental yang menurun. Oleh karena itu, seseorang disarankan untuk memiliki kemampuan self-care sebagai sebuah usaha untuk memelihara dan menjaga kesehatan mental serta mencegah munculnya penyakit atau gangguan mental. Bahkan self-care juga dapat membantu seseorang untuk berfungsi dengan baik.

 

 

Photo By Elia Pellegrini on Unsplash

The post Kuliah Online CPMH: Self-Care dan Healing appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Bekerjasama dengan UPSI dan USM, CLSD UGM Menyelenggarakan Webinar untuk Memperingati World Hearing Day 2022

$
0
0

Kamis (17/3) Center for Life-span Development (CLSD) Fakultas Psikologi menyelenggarakan acara webinar Internasional dengan topik “Hearing Care Across the Lifespan and Education: Malaysia and Indonesia Perspectives. Acara webinar kali ini diselenggarakan oleh 3 Universitas ternama, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universiti Pendidikan Sultan Idris, dan Universiti Sains Malaysia.

Sebelum masuk pada materi, acara terlebih dahulu dibuka oleh perwakilan dari 3 universitas. Pertama, hadir Dr. Wenty Marina Minza, M.A selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama. Kemudian, hadir pula Dr. Abdul Talib Mohamed Hashim selaku rekan profesor dari Universiti Pendidikan Sultan Idris dan yang terakhir hadir Dr. Faisal Rafiq Mahamd Adikan, FASc selaku rekan profesor dari Universiti Sains Malaysia.

Acara webinar kali ini dibagi menjadi 2 sesi, dengan sesi kedua dibagi menjadi dua ruang meeting secara bersamaan. Ruang 1 merupakan ruang yang mengangkat topik “Hearing” dengan tiga narasumber, yaitu Dr. Wan Najibah Wan Mohamad, Mdm. Aw Cheu Lih, dan Dr. Mohd Fadzil Nor Rashid. Sementara untuk ruang 2, mengangkat topik “Education & Psychology” dengan tiga narasumber, yaitu Dr. Elga Andriana, Professor Dr. David Evans, dan Dr. Syamsinar Abd Jabar.

Pada sesi pertama, diisi oleh 3 keynote speaker yang disampaikan oleh masing-masing perwakilan universitas. Pertama, hadir Prof. Dr. Mohd Normani Zakaria dari Universiti Sains Malaysia. Normani menyampaikan topik “Technological Advancements in Hearing Healthcare”. “Seberapa sering gangguan pendengaran terjadi? Hal ini sebenarnya sangat umum di kalangan bayi. Kami memperkirakan bahwa sekitar 1 hingga 6 per 1.000 bayi lahir dengan gangguan pendengaran”, ungkap Normani. Tak hanya bayi, hearing loss juga berpotensi terjadi pada usia berapa pun, seperti anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.

Keynote speaker kedua, hadir dari Universitas Gadjah Mada, yaitu Dr. Dyah Ayu Kartika Dewanti, MSc,Sp.THTKL(K). Dyah menyampaikan materi dengan topik “Multidisciplinary Health System for Better Hearing in Indonesia. “Secara epidemiology, lebih dari 1,5 miliar orang mengalami gangguan pendengaran dan diperkirakan 430 juta orang memiliki gangguan pendengaran dengan tingkat sedang sampai tinggi”, jelas Dyah. Selain berdampak pada kesehatan fisik, gangguan pendengaran juga berdampak pada komunikasi, perkembangan bahasa dan bicara pada anak, kognisi, pendidikan, pekerjaan, kesehatan mental, dan hubungan interpersonal.

Terakhir, keynote speaker ketiga adalah Prof. Dr. Abdul Rahim Razalli selaku Direktur Akademik dari Universiti Pendidikan Sultan Idris. “Hari ini saya ingin memperesentasikan Bilingual/Bicultural for Deaf Education”, jelas Abdul. Selain itu, Abdul juga mempresentasikan klasifikasi gangguan pendengaran, yang terdiri dari gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensorineural, gangguan pendengaran campuran, dan gangguan pendengaran pusat.

Kemudian pada sesi kedua dibagi menjadi dua ruangan. Ruang 1 mengangkat topik “Hearing” dengan pembicara pertama Dr. Wan Najibah Wan Mohamad dari Universiti Sains Malaysia yang menyampaikan tentang “Fixing Lecture Communication: In Hearing Perspective”. “Pada tahun 2050, diperkirakan satu dari empat orang akan mengalami gangguan pendengaran”, ungkap Wan. Selanjutnya, Wan juga menjelaskan tanda-tanda gangguan pendengaran, seperti sering meminta pasangan untuk mengulang, kesulitan memahami kata terutama di lingkungan yang bising, mendengarkan musik dan menonton tv dengan volume lebih tinggi, kesulitan mendengar di telepon serta menghindari aktivitas sosial.

Setelah itu, penyampaian materi dilanjutkan oleh Mdm. Aw Cheu Lih dari Universiti Sains Malaysia dengan topik “An Overview of Inclusive Education for Hearing Impairment in Malaysia”. Menurut UNICEF, pendidikan inklusif artinya semua anak belajar bersama di sekolah yang sama. “Ini berarti memastikan bahwa pengajaran dan kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, area bermain, transportasi, dan toilet sesuai untuk semua anak di semua tingkatan”, jelas Lih.

Terakhir, pada ruang 1 materi disampaikan oleh Dr. Mohd Fadzil Nor Rashid dengan topik “Teleaudiology Approach in Malaysia: Lesson Learned”. “Artinya, apapun yang dilakukan untuk penilaian dan pengukuran pendengaran, termasuk konsultasi sudah mempertimbangkan pendekatan teleologi”, jelas Fadzil. Ada tiga jenis pendekatan teleologi yang dapat digunakan, yaitu sinkron, asinkron, dan hybrid.

Sementara pada ruang 2, topik yang diangkat adalah “Education & Psychology”. Pertama, materi disampaikan oleh Dr. Elga Andriana dari Universitas Gadjah Mada dengan judul “Hearing Loss and its Psychological Impact Across Lifespan: Two Worlds Narratives”. “Hari ini saya akan membagikan beberapa foto dari siswa tunarungu dan cerita mereka”. Melalui materi yang disampaikan, Elga menjelaskan bahwa siswa tunarungu mengadapi masalah dalam menemukan orang yang dapat diajak berkomunikasi. Oleh karena itu, studi menunjukkan bahwa banyak siswa yang tuli beresiko kesepian.

Kemudian, materi selanjutnya disampaikan oleh Professor Dr. David Evans dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (The University of Sydney) dengan judul “Inclusive Education for Children with Hearing Impairment”. “Di Sydney, kami memiliki Royal Institute untuk tunanetra dan tunarungu, mereka memberikan layanan yang luar biasa untuk sekolah dan pendidik”, ungkap David.

Sebagai penutup pada ruang 2, hadir Dr. Syamsinar dari Universiti Pendidikan Sultan Idris yang menyampaikan materi tentang “Technology and Deaf Learners”. “Saya akan berbagi tentang teknologi dan proses pembelajaran tunarungu di Malaysia. Kami memiliki empat tingkat sistem pendidikan”, jelas Syamsinar.

Adanya acara ini bertujuan untuk menghasilkan dan membantu perkembangan ilmu pengetahuan melalui pengajaran, penelitian, publikasi, konsultasi, dan pengabdian kepada masyarakat untuk mencapai visi bangsa.

 

 

Photo by Mark Paton on Unsplash

The post Bekerjasama dengan UPSI dan USM, CLSD UGM Menyelenggarakan Webinar untuk Memperingati World Hearing Day 2022 appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.


Kuliah Online CPMH Break the Stigma: Gangguan Bipolar

$
0
0

Jumat (25/3) Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM mengadakan Kuliah Online yang merupakan sebuah program rutin tiap dua pekan sekali. Kuliah Online diadakan untuk memberikan literasi kesehatan mental kepada masyarakat. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi salah pemahaman dan juga memunculkan stigma di tengah mulai merebaknya isu-isu kesehatan mental di masyarakat.

Dibawakan oleh dua narasumber, yaitu Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, acara Kuliah Online kali ini mengangkat topik “Break the Stigma: Gangguan Bipolar”. Topik tersebut diangkat karena bertepatan dengan Hari Bipolar Sedunia sekaligus untuk mengkaji fenomena yang saat ini sedang berkaitan dengan pandemi, yaitu emosi. Menjadi salah satu hal yang dikaitkan dengan pandemi, seringnya perubahan emosi yang dialami apakah termasuk gangguan bipolar?

Gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang menyebabkan terjadinya perubahan suasana hati yang berlebihan. Perubahan suasana hati tersebut terjadi secara tiba-tiba, dari sangat bahagia (mania) menjadi sangat sedih (depresi). Perubahan suasana hati yang ekstrem dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari tidak hanya dalam hitungan jam, namun hingga hitungan bulan.

“Orang dengan gangguan bipolar yang sedang berada pada kondisi mania, secara emosi cenderung lebih sensitif, lebih gampang marah. Selain itu, juga menjadi orang yang berbicara lebih banyak karena idenya banyak dan pikirannya cepat”, jelas Wirdatul.

Selain menjelaskan tentang apa itu gangguan bipolar, Kuliah Online kali ini juga menjelaskan tentang apa saja yang dapat dilakukan orang lain untuk memberikan dukungan kepada ODB (Orang dengan Bipolar). Beberapa hal yang dapat diberikan sebagai bentuk dukungan adalah tidak melakukan pelabelan/stigma, menemani pasien mengunjungi profesional, mendukung dalam mencari pengobatan/terapi, mendukung proses pemulihan, sampai ikut mengetahui faktor risiko, gejala, maupun pemicu gejala.

“Psikis sama dengan fisik. Ketika kita pernah didiagnosis terkena tipes, apakah kita akan menjadi kebal dari tipes? Tentu tidak. Artinya, ketika kita sudah pernah mengalami itu, kita menjadi orang yang menyadari bahwa kita memiliki kerentanan yang lebih dibandingkan orang lain”, jelas Nurul.

 

 

 

Photo by Nick Fewings on Unsplash

The post Kuliah Online CPMH Break the Stigma: Gangguan Bipolar appeared first on Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Lowongan Asisten Paruh Waktu Unit Pengembangan Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat

$
0
0

Unit Pengembangan Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada sedang mencari 2 Asisten Paruh Waktu! 😊

Apabila Anda merupakan mahasiswa aktif Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada yang tertarik dengan pengelolaan penelitian dan publikasi, mari belajar bersama di sini! 💯

Kirim Surat Lamaran dan CV Anda melalui dapur.publikasi.psikologi@ugm.ac.id

We’re looking forward to see your application! 📣

Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu: Psikologi Perkembangan

$
0
0

Sebagai sebuah usaha mengembangkan keilmuan, khususnya keilmuan Psikologi, Program Studi Doktor Ilmu Psikologi bersama dengan Kelompok Bidang Keahlian Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan kegiatan “Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu”. Kegiatan tersebut dilaksanakan beberapa hari, mulai dari tanggal 29-31 Maret 2022 dan 4-7 April 2022. Dilaksanakan secara daring, penyelenggaraan kegiatan ini dibagi per-bidang peminatan keilmuan Psikologi. Hari pertama pada 29 Maret 2022 dibuka dengan Bidang Peminatan Psikologi Perkembangan dan ditutup pada tanggal 7 April 2022 dengan Bidang Peminatan Psikometri.

Pada bidang peminatan Psikologi Perkembangan, acara Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu diisi oleh 3 narasumber yang kompeten, yaitu Elga Adriana, M.Ed., Ph.D., Indra Yohanes Killing, M.A., Ph.D., dan Dr. Arum Febriani, M.A. Ketiga narasumber membawakan tema berbeda yang sesuai dengan keahlian masing-masing.

Hadir sebagai narasumber pertama pada pukul 08.00, Elga menyampaikan materi tentang “Overview Isu-Isu dan Penelitian Terkini Psikologi Perkembangan”. Dibagi menjadi 4 sesi, Elga membahas riset tentang bayi, riset tentang anak usia dini, riset tentang seksualitas pada remaja, dan riset tentang anak berkebutuhan khusus. “Tahapan perkembangan apa yang menjadi minat riset Anda?”, tanya Elga di awal sesi

Kemudian, acara dilanjutkan oleh narasumber kedua, yaitu Indra dengan pembahasan tentang “Penelitian pada Anak dan Remaja Rentan”. Pada tema yang sama pula, Indra juga menjelaskan tentang metode photovoice yang bertujuan untuk mengangkat suara-suara yang jarang terdengar. “Kalau hasilnya blur bagaimana? Terus jadi nggak dipake? Ya, tidak seperti itu, lebih ke esensinya”, jelas Indra. Menurut Indra, kendala menjelaskan penggunaan media photovoice adalah ketika menjelaskan kepada partisipan. Photovoice bersifat bebas, namun ada kalanya partisipan justru hanya melakukan apa yang benar-benar dicontohkan.

Terakhir, hadir Arum sebagai narasumber penutup di hari pertama penyelenggaraan Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu Psikologi Perkembangan. Menurut Arum, lansia tidak banyak diminati karena tingkat kesulitannya dalam mengakses info. “Bagaimana menjadikan lansia-lansia ini bisa bermanfaat untuk masyarakat, bukan beban”, ungkap Arum melalui materi yang dibawakannya, yaitu “Relasi antar Generasi dan Perkembangan Lanjut Usia. Ada 3 faktor yang menentukan kesuksesan pada penuaan, terdiri dari healthy ageing, active ageing, dan productive ageing.”

 

Photo by Annie Spratt on Unsplash

Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu: Psikologi Sosial

$
0
0

Topik besar yang dibawakan di hari kedua Rabu (30/3) adalah bidang peminatan Psikologi Sosial dengan menghadirkan berbagai narasumber yang ahli pada bidangnya. Dimulai pada pukul 08.00 secara daring, sesi pertama pada acara kali ini diawali penyampaian materi dari Prof. Dr. Faturochman, M.A dengan topik “Penelitian Sosial Psikologis terkait Pandemi”. Pandemi yang terjadi sekarang ini, COVID-19 adalah pandemi yang tidak pernah terjadi sebelumnya, bersifat menular, korban terus bertambah, dan belum ada obatnya. Dampak dari pandemi pun tidak hanya sekadar kesehatan, tetapi juga berdampak pada sosial, ekonomi, dan psikologis yang akan memberikan perubahan pada masa kini maupun yang akan datang.

“Mengapa orang-orang Asia lebih sukses menanggulangi COVID-19?”, tanya Fatur di sela-sela penyampaian materi. Menurut Fatur, hal itu disebabkan karena orang Asia lebih bersatu untuk menanggulangi pandemi dengan mengikuti petunjuk dan mengembangkan keilmuan untuk memahami COVID-19. Hal tersebut juga didukung oleh temuan yang ditemukan oleh Fatur, yaitu responden mengangap bawah petunjuk dan pemaksaan kaitannya dengan penanganan wabah penting dan dapat dilaksanakan, namun responden lebih setuju dengan petunjuk. Hal lain yang juga ditemukan adalah responden menganggap penting upaya mandiri dan bersama-sama untuk upaya perlindungan, namun upaya bersama dinilai lebih penting dibandingkan upaya sendiri.

Sesi kedua, dilanjutkan oleh Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si yang menyampaikan materi tentang “Flourishing Family”. “Flourishing itu tentang individu yang sehat fisik dan mental serta dapat berfungsi dengan baik di kehidupan pribadi dan sosial akibat adanya aktivitas kerja sama antar anggota keluarga”, jelas Tina. Oleh karena itu, flourishing family dapat dimaknai sebagai sebuah keluarga yang dapat membantu menyelesaikan tantangan dan masalah yang ada.

Pada sesi terakhir, hadir sebagai narasumber, yaitu Prof. Koentjoro, M.B.Sc., Ph.D yang menyampaikan tentang “Perubahan Sosial dan Psikologi Sosial dari Revolusi Industri, Pandemi, hingga Chimerika”. “Dunia kita ini selalu berubah dan perubahan itu menghasil perubahan yang menuntut kita untuk wajib adjust dan adapt”, terang Koentjoro di awal penyampaian materi. Selain itu, Koentjoro juga menyampaikan 5 Aja dari Sunan Kalijaga untuk menghadapi perubahan yang cepat, yaitu aja gumunan, aja kagetan, aja aleman, aja getunan, dan aja dumeh.

 

Photo by Christin Hume on Unsplash

Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu: Psikologi Klinis

$
0
0

Menjadi penutup pada paruh pertama dalam rangkaian Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset, pembahasan terkait Bidang Ilmu Psikologi Klinis diselenggarakan pada hari Kamis (31/3). Kegiatan ini dihadiri oleh tiga pembicara yang kapabel pada topiknya masing-masing, dan Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu Psikologi Klinis dimulai pada pukul 08.00 secara daring.

Tampil sebagai pembicara pertama, Diana Setiyawati, M. H. Sc., Psy., Ph.D dengan topik “Using Visual Research Methods to Explore How Health Worker, Families, and Healers Work Together in Ghana and Indonesia”. Melalui topik tersebut, Diana menyampaikan hasil penelitian terkait dengan kerjasama antara mental health professional dan religious healer. Salah satu hal menarik dari penelitian tersebut adalah metode visual yang digunakan dengan pembuatan film. Hal tersebut menjadi suatu hal yang baru bagi dunia keilmuan psikologi, khususnya psikologi klinis.

Kemudian acara dilanjutkan oleh pembicara kedua, yaitu Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M. Med. Sc., Ph.D yang menyampaikan tentang “From Transpersonal Psychology to Clinical Hypnosis: Researching the Challenge in Psychotherapy”. Salah satu hal yang dijelaskan oleh Kwartarini melalui topik tersebut tentang “memegang memori”. “Jadi klo kita memegang suatu memori ditampar ayam kemudian emosinya negatif terus, makin lama makin besar. Ketika makin besar akan mengundang peristiwa yang menyakitkan”, terang Kwartarini. Peristiwa menyakitkan tersebut akan mengundang peristiwa menyakitkan lainnya yang menimbulkan emosi yang sama dengan emosi di awal. Dengan demikian, menurut Kwartarini, time is healing tidak berlaku dalam teori E=MC2.

Prof. Subandi, M.A., Ph.D sebagai pembicara terakhir membawakan pembahasan dengan topik “Recovery-Oriented Mental Health Early Psychosis”. “Nah, jadi yang saat ini akan dibahas adalah skizofrenia dari perspektif positifnya. Artinya, orang dengan skizofrenia itu memiliki harapan dan bisa memilih layanan pemulihan yang seperti apa”, ungkap Subandi. Menurut Subandi, ada tiga hal yang dapat mencegah kekambuhan skizofrenia pada level komunitas. Ketiga hal tersebut adalah psikoedukasi, mental health literacy, dan mengurangi stigma. Selain itu, langkah pencegahan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pencegahan universal dan pencegahan selektif.

 

Photo by UX Indonesia on Unsplash
Viewing all 1349 articles
Browse latest View live